Kiamat Kecil di Pulau Lombok

Selain kisah heroik dan kejayaan diera Kerajaan Mataram, ternyata kisah kiamat kecil pernah ada di Pulau ini. Kisah kiamat kecil ini bermula dari letusan maha dahsyat Gunung Tambora yg ada di Pulau Sumbawa yg terjadi pada tahun 1815.

Letusan maha dahsyat dari Gunung Tambora membawa banyak korban manusia, ternak, dan harta benda. Tak hanya itu, dampak dari letusan ini juga membuat kekeringan di daerah sekitar letusan, daerah pertanian yang gagal panen, hingga membuat ribuan orang kelaparan.

Menurut sejarah bencana dunia,letusan Gunung Tambora terjadi pada 11 dan 12 April 1815, sedangkan beberapa catatan J.T. Ross, letusan terjadi berkisar 5 April 1815. Dari letusan tersebut menyebabkan banyak daerah di kepulaan Nusantara dalam kegelapan selama tiga hari (Jong Boers, 1995). Suara letusannya yang menggelegar juga menjangkau hingga pulau Sumatera. Sebagian wilayah seperti Makassar dan Yogyakarta menganggap letusan Gunung Tambora sebagai suara serangan canon yang menyebabkan sebagian tentara kolonial bersiaga penuh (Ross, 1816).

Oleh:Widya Suputra

Menurut buku laporan J.T. Ross, “Transaction of the Batavian Society of Arts and Sciences,
Volume VIII, Batavia, Printed by A.H. Hubbard, at the Govenment Press, 1816; atau Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap der Kunsten en Wetenschappen, VIII Deal, 1816. Pada halaman 3 dari catatan yang dikomunikasikan pada Gubernur Jenderal (Rafless) bahwa letusan Gunung Tambora terjadi pada tanggal 11 dan 12 April 1815. Kedahsatan Letusan Tambora dicatat oleh Honorable the Lieutenent Governor yang didapat dari para kepala Resident (termasuk Raja) dari beberapa distrik.

BACA JUGA:  Riset Ilmuwan Eropa Tentang Leak Lombok

Letusan maha dahsyat dari Gunung Tambora juga berdampak pada kehidupan ekonomi penduduk khususnya masyarakat yg berada di Nusa Tenggara bagian barat. Berdasarkan suatu laporan yg berhasil dikumpulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dari Batavia menyebutkan bahwa pada tanggal 5 April 1815 di Makasar terdengar ledakan yang semakin lama semakin keras datang dari arah selatan. Beberapa hari kemudian, tepatnya pada tanggal 11 April kembali terdengar letusan yang sangat keras yg membuat langit menjadi gelap dan ditutupi oleh awan tebal terutama di bagian selatan dan barat daya Makasar. Di Bima yg jaraknya sekitar 40 mil di sebelah timur Tambora, letusan maha dahsyat Gunung Tambora sangat mengejutkan seluruh penduduk yg ada disana yang terdengar pada malam 11 April 1815. Dampak letusan Gunung Tambora membuat aktivitas penduduk terhenti. Awan gelap menutupi langit Bima sejak pukul 7 dipagi hari. Hujan abu yg sangat tebal menutupi atap rumah warga, semua kapal dan perahu terhempas sampai jauh ke darat dari tempat berlabuh di Bima. Selanjutnya, disebutkan sampai 18 April air laut di Bima ditutup oleh barisan batu terapung, balok, dan batang pohon yang mengapung.

BACA JUGA:  Lombok Seusai Perang

Laporan lain juga menyebutkan dampak dari letusan maha dahsyat Gunung Tambora dirasakan hingga sejumlah wilayah di Pulau Jawa. Pada tanggal 10 April sore di Batavia, terdengar letusan dari arah timur yang menyebabkan udara menjadi gelap karena tertutup oleh abu. Di Solo, Rembang dikatakan terjadi getaran bumi yang sangat dahsyat. Di Gresik dan wilayah sekitarnya keadaannya sangat gelap seperti malam hari pada tanggal 12 April. Selain itu, daerah timur Jawa seperti Banyuwangi juga terkena dampak letusan Gunung Tambora berupa abu letusan gunung dengan ketebalan mencapai 8 inci. Selain itu, hujan abu yang berlangsung selama berhari hari lamanya meluas dari Bali hingga daerah – daerah yang ada di Pulau Jawa.

Puncak dari letusan paling dahsyat Gunung Tambora terjadi pada 10 April 1815 jam tujuh malam. Banjir lahar yang sangat besar bercampur batu – batu yang membara, merambah ke segala arah. Air laut pun naik secara mendadak setinggi 12 kaki lebih, disertai banjir yang sangat besar membinasakan segalanya, menjadikan rata dengan tanah. Puncak dari letusan ini membuat langit gelap selama dua hari terutama pada 10 -12 April 1815. Besarnya letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 tidak hanya dirasakan di Sumbawa, namun juga di Lombok. Ledakan maha dahsyat dari Gunung ini menyebabkan korban jiwa dan materi yang sangat besar di Pulau Lombok. Berdasarkan catatan yang dilakukan oleh G.P. King letusan Gunung Tambora menyebabkan hampir 1/6 penduduk Pulau Lombok mati kelaparan. Dalam catatan Zollinger juga disebutkan sekitar 10.000 penduduk di Lombok telah jatuh sakit dan mati kelaparan. Parimarta (2016) menyatakan bahwa letusan dan akibat dari bencana Gunung Tambora merupakan yang terbesar yang pernah terjadi di Kepulauan Indonesia. Lingkaran geterannya membentang dari arah tenggara ke barat laut sepanjang lebih kurang 450 ml dan lebar 390 ml. Batas terpanjang dari jatuhnya abu letusan membentang dari Timor sampai ke Palembang Sumatra. Menurut laporan C.H. Styens pada tahun 1833, delapan belas tahun setelah Gunung Tambora meletus desa-desa yang ada di pedalaman Sumbawa dihuni tidak lebih dari 10 atau 12 keluarga. Desa yang lebih besar yang dihuni oleh lebih dari 50 keluarga antara lain : Wera, Sape, Parado, Ngali, Semali, dan Belo.(**)

BACA JUGA:  PETUALANGAN DUA ANTROPOLOG AUSTRALIA BERBURU LÉAK DI LOMBOK (Bagian 2)

Sumber tulisan & foto : Lombok Heritage and Science Society