MATARAMRADIO.COM – Walter Elias Disney, yang lebih dikenal sebagai Walt Disney, adalah seorang visioner yang mengubah dunia hiburan melalui imajinasi, inovasi, dan tekad yang tak kenal lelah.
Lahir pada 5 Desember 1901 di Chicago, Illinois, dan meninggal pada 15 Desember 1966, Disney bukan hanya seorang animator, produser film, dan wirausahawan, tetapi juga ikon budaya yang meninggalkan warisan abadi melalui karya-karyanya yang memukau dan taman hiburan yang menjadi simbol keajaiban.
Dengan 22 Academy Awards dan 59 nominasi—rekor yang belum tertandingi—Disney merevolusi animasi, perfilman, dan hiburan keluarga, menciptakan dunia di mana imajinasi tidak memiliki batas.


Masa Kecil dan Minat Awal
Walt Disney lahir sebagai anak keempat dari Elias Disney, keturunan Irlandia-Kanada, dan Flora Call, keturunan Jerman-Inggris. Keluarganya pindah ke Marceline, Missouri, saat Walt berusia empat tahun, sebuah kota kecil yang kemudian menginspirasinya untuk menciptakan Main Street, USA di Disneyland.
Di Marceline, Disney menemukan kecintaannya pada menggambar, terinspirasi oleh kartun surat kabar dan kereta api yang melintas di dekat rumahnya. Ia sering menyalin karya kartunis Ryan Walker dan bereksperimen dengan cat air serta krayon.
“Saya pikir penting untuk memiliki masa kecil yang baik,” katanya suatu kali, mencerminkan bagaimana kenangan masa kecilnya membentuk visinya.
Pada 1911, keluarga Disney pindah ke Kansas City, di mana Walt dan saudaranya Roy bekerja keras mengantarkan koran, sebuah tugas yang melelahkan namun mengajarkannya disiplin.
Di sana, ia bertemu Walter Pfeiffer, yang memperkenalkannya pada dunia vaudeville dan film, memperdalam minatnya pada seni pertunjukan. Walt mengasah bakatnya melalui kursus seni di Kansas City Art Institute dan kursus korespondensi dalam menggambar kartun.
Pada 1917, keluarganya pindah kembali ke Chicago, di mana Walt menjadi kartunis surat kabar sekolah, menciptakan gambar patriotik selama Perang Dunia I.
Meski gagal bergabung dengan angkatan bersenjata karena usianya yang masih muda, ia menjadi pengemudi ambulans Palang Merah di Prancis, di mana ia menghias ambulansnya dengan kartun.
Awal Karier: Membuka Jalan bagi Animasi
Setelah kembali ke Kansas City pada 1919, Disney bekerja sebagai seniman magang di Pesmen-Rubin Commercial Art Studio, di mana ia bertemu Ub Iwerks, seorang animator berbakat yang menjadi mitra pentingnya.
Bersama, mereka mendirikan Iwerks-Disney Commercial Artists, meskipun usaha ini tidak bertahan lama. Disney kemudian bergabung dengan Kansas City Film Ad Company, di mana ia belajar animasi cutout dan mulai bereksperimen dengan animasi sel.
Keyakinannya bahwa animasi sel lebih menjanjikan membawanya mendirikan Laugh-O-Gram Studio pada 1921, memproduksi kartun pendek berdasarkan dongeng. Namun, studio ini bangkrut pada 1923, mendorong Disney untuk pindah ke Hollywood, tempat saudaranya Roy sedang memulihkan diri dari tuberkulosis.
Di Hollywood, Disney dan Roy mendirikan Disney Brothers Studio (kini The Walt Disney Company) pada 1923. Bersama Ub Iwerks, mereka menciptakan seri Alice Comedies, menggabungkan animasi dan live-action, yang mendapat sambutan baik.
Namun, terobosan sejati datang pada 1928 dengan kelahiran Mickey Mouse. Setelah kehilangan hak atas karakter Oswald the Lucky Rabbit karena perselisihan kontrak, Disney dan Iwerks menciptakan Mickey, yang debut dalam Steamboat Willie, kartun bersuara pertama yang sukses besar.
Disney sendiri mengisi suara Mickey, memberikan jiwa pada karakter yang menjadi ikon global. “Saya hanya berharap kita tidak pernah melupakan satu hal—bahwa semuanya dimulai dari seekor tikus,” katanya, merujuk pada pentingnya Mickey dalam perjalanan studionya.
Zaman Keemasan Animasi
Pada 1930-an, Disney mendorong batas-batas animasi. Ia memperkenalkan suara yang disinkronkan, Technicolor tiga strip, dan kamera multiplane untuk menciptakan ilusi kedalaman.
Film seperti The Three Little Pigs (1933) memenangkan Academy Award dan menegaskan pendekatan Disney dalam menceritakan kisah yang emosional. Pada 1937, ia merilis Snow White and the Seven Dwarfs, film animasi berdurasi penuh pertama, yang dijuluki “Kebodohan Disney” oleh skeptis industri.
Namun, film ini sukses besar, meraup $6,5 juta dan memenangkan Disney Penghargaan Akademi Kehormatan dengan satu patung Oscar penuh dan tujuh miniatur. Pinocchio dan Fantasia (keduanya 1940), Dumbo (1941), dan Bambi (1942) menyusul, memperkuat reputasi Disney sebagai pelopor animasi.
Namun, Perang Dunia II membawa tantangan. Pendapatan dari Eropa menurun, dan Pinocchio serta Fantasia merugi. Pemogokan animator pada 1941, yang dipicu oleh pemotongan gaji dan gaya manajemen Disney yang kadang-kadang otoriter, memperburuk situasi.
Disney, yang merasa dikhianati, melakukan perjalanan muhibah ke Amerika Selatan atas undangan pemerintah AS, menghasilkan film seperti Saludos Amigos (1942). Selama perang, studionya memproduksi film propaganda dan pelatihan untuk militer, termasuk Der Fuehrer’s Face, yang memenangkan Academy Award.
Diversifikasi: Taman Hiburan dan Televisi
Setelah perang, Disney memperluas visinya ke bidang baru. Pada 1950, ia merilis Cinderella, yang sukses besar, diikuti oleh Alice in Wonderland (1951), Peter Pan (1953), dan Sleeping Beauty (1959).
Ia juga memasuki perfilman live-action dengan Treasure Island (1950) dan Mary Poppins (1964), yang memenangkan lima Academy Awards.
Namun, ambisi terbesarnya adalah taman hiburan. Terinspirasi oleh keinginan untuk menciptakan tempat di mana keluarga bisa bersenang-senang bersama, Disney membuka Disneyland di Anaheim, California, pada Juli 1955.
Dengan area bertema seperti Adventureland dan Fantasyland, Disneyland menjadi sensasi, menarik jutaan pengunjung di tahun pertamanya.
Disney juga merangkul televisi, meluncurkan Walt Disney’s Disneyland dan The Mickey Mouse Club, yang memperkuat mereknya dan mendanai Disneyland. “Televisi adalah alat penjualan yang ampuh,” ujarnya, memanfaatkan media ini untuk mempromosikan film dan tamannya.
Pada 1960-an, ia terlibat dalam proyek seperti New York World’s Fair 1964, di mana ia memperkenalkan atraksi seperti It’s a Small World, dan mulai merencanakan Disney World serta EPCOT, sebuah komunitas futuristik yang ia impikan sebagai “prototipe eksperimental masa depan.”
Kehidupan Pribadi dan Karakter
Disney menikahi Lillian Bounds pada 1925, dan mereka memiliki dua putri, Diane dan Sharon (yang diadopsi). Meski dikenal sebagai pribadi yang pemalu dan tidak aman, Disney menciptakan persona publik yang hangat dan karismatik.
Ia adalah perfeksionis dengan standar tinggi, sering kali membuat stafnya bekerja keras untuk memenuhi visinya. Tuduhan rasisme dan antisemitisme terhadapnya telah dibantah oleh banyak kolega, termasuk animator Floyd Norman dan penulis lagu Robert Sherman, yang menegaskan bahwa Disney memperlakukan semua orang dengan adil.
Namun, beberapa film awalnya mengandung stereotip etnis, mencerminkan sikap umum pada masanya, meskipun Disney secara pribadi tidak menunjukkan tanda-tanda diskriminasi.
Warisan dan Kematian
Pada 1966, Disney didiagnosis menderita kanker paru-paru akibat kebiasaan merokoknya sejak muda. Ia meninggal pada 15 Desember 1966, sebelum Disney World dan EPCOT selesai.
Saudaranya Roy melanjutkan visinya, membuka Walt Disney World pada 1971. Warisan Disney terus hidup melalui The Walt Disney Company, yang kini menjadi salah satu konglomerasi hiburan terbesar di dunia.
Film-filmnya terus ditayangkan, taman hiburannya menarik jutaan pengunjung, dan karakternya tetap dicintai di seluruh dunia.
“Jika kamu bisa memimpikannya, kamu bisa melakukannya,” adalah salah satu kutipan terkenalnya yang merangkum semangatnya.
Walt Disney adalah seorang pemimpi yang membuktikan bahwa dengan imajinasi, kerja keras, dan keberanian, seseorang dapat mengubah dunia.
Dari Mickey Mouse hingga Disneyland, ia menciptakan keajaiban yang terus menginspirasi generasi, menjadikannya salah satu tokoh budaya paling berpengaruh di abad ke-20. (editorMRC)










