Lebih Dekat dengan Musisi Jazz Indonesia yang Tampil di Senggigi Sunset Jazz 2023

MATARAMRADIO.COM – Adalah Tyo Raha, media relation Nuraga Communication selaku penyelenggara event Senggigi Sunset Jazz 2023 menyebutkan bahwa Senggigi Sunset Jazz (SSJ) tahun ini dihajatka untuk benar-benar ingin memuaskan para penikmat musik  jazz sejati di Nusa Tenggara Barat.

Betapa tidak, sederet artis papan atas Indonesia dan NTB dipastikan tampil membawakan hits terbaik mereka.  Inilah para artis yang akan tampil dalam aksi jazz pantai Senggigi Sunset Jazz 2023 pada Minggu, 20 Agustus 2023 mulai Pkl. 15.00 Wita hingga selesai di Pantai Wisata Kerandangan Senggigi, Lombok Barat.

1. Kahitna

Bagi mereka generasi 90-an, tentunya sangat mafhum dengan kelompok musik asal kota kembang Bandung ini, KAHITNA.  Para penggemar grup musik ini dikenal dengan sebutan soulmate.

Dilansir dari Wikipedia menyebutkan KAHITNA sebelumnya bernama Rooster dan Coops Rhythm Section yang didirikan pada 1983. Kelompok musik ini dimotori oleh Yovie Widianto. Meskipun kerap mengusung tema cinta dalam liriknya, Kahitna mampu memadukan unsur musik jazz, pop, fusion, latin dan bahkan etnik ke dalam bentuk ramuan musik yang memikat. Grup musik yang mulai merajut kariernya lewat panggung festival dan cafe ini diakui mempunyai kekuatan pada aransemen musiknya yang terbilang orisinil.

Nama Kahitna sendiri berasal dari bahasa Tagalog, yang berarti “meskipun demikian”, namun akhirnya dipelesetkan menjadi bahasa Sunda “Ka” dan “Na” yang merupakan awalan dan akhiran. Sehingga ketika disatukan artinya menjadi “yang paling nge-hits”.

Para personal generasi pertama KAHITNA antara lains Yovie Widianto (pianis, kibordis & synthesizer), Hedi Yunus (vokalis), Carlo Saba (vokalis), Mario Ginanjar (vokalis), Dody Isnaini (bassist), Harry Suhardiman (perkusi), Bambang Purwono (kibordis & synthesizer), Budiana Nugraha (drummer) dan Andrie Bayuaji (gitaris). Sebelumnya ada 1 orang personil yang sempat tergabung dalam Kahitna, namun akhirnya keluar dan meniti karir sendiri yaitu Ronni Waluya.

Pada awal terbentuknya, vokalis Kahitna adalah Trie Utami, yang kini tetap eksis dengan bernyanyi solo. Setahun berselang, tepatnya pada 24 Juni 1986 nama Indonesia 6 secara resmi diubah menjadi Kahitna oleh Yovie. Sejak saat itu juga band ini mulai terkenal dengan nama Kahitna.

Namun, pada perkembangannya, Kahitna mengalami pergantian personil sehingga formasi baru seperti sekarang. Dan formasi terakhir yang tetap sudah dipertahankan sejak tahun 1993, ketika Kahitna merilis album perdananya, Cerita Cinta.

BACA JUGA:  Hadiri Senggigi Sunset Jazz 2023, Gubernur Bang Zul Bilang Begini!

Dalam bermusik Kahitna banyak mengusung tema cinta dengan memadukan unsur musik jazz, pop, fusion, latin dan bahkan etnik. Album yang pernah dirilisnya di antaranya, Cerita Cinta (1994), Cantik (1995), Sampai Nanti (1998), Permaisuriku (2000), The Best of Kahitna (2002), Cinta Sudah Lewat (2003) dan Soulmate (2006), Lebih Dari Sekedar Cantik (2010), Cerita Cinta: 25 Tahun Kahitna (2011) dan Rahasia Cinta (2016).

Kekuatan musik Kahitna terletak dalam lirik yang sederhana dan musik yang easy listening, membuat band yang pernah menjuarai Festival Band Explosion (Light Music Contest) di Tokyo, Jepang pada tahun 1991 silam, tak sulit mendapat tempat di belantika musik tanah air. Hal ini terbukti dengan lagu-lagu Kahitna yang selalu jadi hits, seperti “Permaisuriku”, “Engga Ngerti”, “Cantik”, “Cerita Cinta”, “Setahun Kemarin”, ‘Tak Sebebas Merpati”, “Seandainya Aku Bisa Terbang”, “Bila Saya”, “Merenda Kasih”, “Sampai Nanti”, “Andai Dia Tahu” dan “Masihkah Ada Diriku”.

Gaung Kahitna di panggung musik yang sudah jarang terdengar lagi, akhirnya di awal tahun 2010 kembali terdengar. Menandai kembalinya Kahitna ke blantika musik tanah air, Yovie dkk merilis album baru, Lebih Dari Sekedar Cantik. Dengan single jagoan “Untukku” yang pernah dilantunkan almarhum Chrisye, album terbaru ini memberikan sentuhan lain, yakni mengusung musik jazz sebagai dasar musiknya. Pada awal tahun 2023, Kahitna mendapatkan kabar duka, salah seorang vokalis mereka yakni Carlo Saba meninggal dunia pada usia 54 tahun. Sepeninggal Carlo, Kahitna menyisakan delapan personil, termasuk dengan Hedy dan Mario sebagai vokalis.

2.  Melly Goeslaw

Pemilik nama lengkap Melliana Cessy Goeslaw dikenal sebagai penyanyi-penulis lagu dan pemeran Indonesia. Bersama sang suami, ia telah dua kali memenangkan penghargaan pada Festival Film Indonesia (FFI) sebagai Penata Musik Terbaik; masing-masing dalam Ada Apa dengan Cinta? pada 2004 dan sekuelnya Ada Apa dengan Cinta? 2 pada 2016.

Melly merupakan putri tunggal dari pasangan Ersi Sukaesih dan Melky Goeslaw. Ia mulai bernyanyi di kelas lima SD, dan kemudian mulai menekuni bidang musik sejak bergabung dengan Elfa Secioria saat masih SMA. Hal ini menyebabkan Melly dan keluarganya pindah ke Jakarta untuk melanjutkan karirnya. Ketika turut menjadi penyanyi latar tur Katon Bagaskara, Melly bertemu dengan Anto Hoed, dan akhirnya menikah dengan pada 4 Agustus 1995. Mereka dikaruniai dua anak laki-laki, Anakku Lelaki Hoed (Ale) lahir pada 22 Agustus 2000, disusul anak kedua mereka, Pria Bernama Hoed (Abe) yang lahir pada 9 Mei 2003.

BACA JUGA:  TGH Subki Sasaki: Sirkuit Moto GP Hanya di NTB

Melly Goeslaw bersama suaminya terlebih dahulu mendirikan grup musik Potret, dimana ia menjadi vokalis grup itu. Selain telah mengorbitkan banyak penyanyi, ia juga merupakan seorang komposer yang sangat hebat, dia mampu menciptakan lagu-lagu seperti di album solonya yang pertama, Melly/Self-Titled, ia mengajak Ari Lasso untuk berduet dengannya, yang berisikan lagu berjudul “Jika”.

Ia telah sukses menciptakan banyak lagu, di antaranya lagu berjudul “Jika” dengan berduet bersama Ari Lasso, kemudian disusul dengan kesuksesannya menciptakan lagu “Menghitung Hari”, “Yang Kumau”, “I’m Sorry Goodbye”, “Surga yang Tak Dirindukan” yang dibawakan oleh Krisdayanti, serta lagu “Hati Yang Terpilih”, “Tegar” “Ayat-Ayat Cinta”, “Atas Nama Cinta”, dan “Hey Ladies” yang dibawakan oleh Rossa. Tidak hanya itu, ia juga telah menciptakan dua buah lagu untuk penyanyi populer dari Malaysia yaitu Siti Nurhaliza bertajuk “Biarlah Rahsia” dan “Pastikan” yang direkam di dalam album dengan judul Transkripsi, sekaligus keduanya dijadikan singel. Lagu “Biarlah Rahasia” sudah mendapat penghargaan lagu terbaik di Anugerah Planet Muzik pada tahun 2007.

3. Mus Mujiono

Mus Mujiono  adalah salah satu musisi jazz legendaris Indonesia. Ia kelahiran Surabaya Jawa Timur pada  15 Maret 1955. Nono, demikian biasa dipanggil sangat menyukai musik dan menguasai hampir semua alat musik, dari keyboard, drum, gitar, saksofon, kecuali trompet. Nono juga mendapat julukan sebagai ‘George Harrison, Jimmy Page, Jimi Hendrix dan George Benson Indonesia’.

Dilansir dari Wikipedia menyebutkan Nono besar di keluarga musisi. Ayahnya adalah musisi keroncong, sedangkan kakaknya, Mus Mulyadi, juga penyanyi keroncong. Sejak kelas enam SD, Nono sudah belajar gitar. Salah satu gurunya adalah Harris Sormin dari group band AKA dan Phillon. Kemampuannya bermain musik sangat memikat, bahkan diusianya yang baru 18 tahun, Nono telah rekaman dengan bandnya, The Hands sejak Nono diusianya yang baru 14 tahun untuk mendirikan The Hands pada tahun 1969.

BACA JUGA:  Diumumkan Positif Covid 19, Amitabh Bachchan Terima Ucapan Simpatik Jutaan Penggemar

Nono mendirikan grup musik yang diberi nama De Hands pada tahun 1969. Sejak dibentuk, pada tahun 1973. Mereka sangat terkenal terutama dengan lagu “Hallo Sayang”. Sayangnya tak lama kemudian, mereka bubar. Nono pun bersolo karier dan sampai menghasilkan tujuh album.

Nono belajar jazz dari Jun Sen, gitaris jazz terkemuka asal Surabaya seangkatan Bubi Chen. Dari musisi yang juga pengusaha alat musik itulah ia mulai mengenal berbagai teori jazz. Nono juga belajar privat gitar klasik, agar bisa membaca not balok dengan baik. Pada tahun 1980-an Nono tertarik pada George Benson, karena kesederhanaan permainan gitarnya. Saat itu kebanyakan gitaris ngerock dengan berbagai macam efek aneh-aneh, berbeda dengan George Benson yang hanya memakai mulut saja. Oleh karena itu, Nono mulai mempelajari teknik scating yang merupakan ciri dari George Benson.

Setelah menekuni “jurus-jurus” George Benson, Nono pun mulai dilirik para musisi lain. Nono diajak bergabung dengan Jakarta Power Band. Akhirnya Nono hijrah ke Jakarta yang memang telah menjadi obsesinya.

Pada tahun 1995 bersama Glenn Fredly (vokal), Inang Masalo (drum), Yance Manusama (bass), Eka Bhakti (kibor) dan Irvan Chesmala (kibor), berdirilah Funk Section, dengan Nono pada gitar. Mereka membuat album perdana bertajuk “Terpesona”. Album ini tidak sukses, begitu juga dengan keberadaan band.

Tahun 2004, bersama grup Canizzaro merilis album Reinkarnasi Canizzaro yang mengandalkan tembang “Seperti Dulu” (dengan menghadirkan Trie Utami sebagai bintang tamu).

Sampai usianya yang hampir setengah abad, bersama dengan Agus Dhukun, Erren Dwi Pratiwi alias Tiwi KDI 4, Irghi Barens, Vino D Rossy dan Deddy Namoza, Nono tetap ingin berkarya dengan mendirikan A-Dhu Band. Kendati terbilang baru tetapi delapan lagu telah disiapkan A-Dhu Band untuk mengisi album perdana mereka. Sebagian lagu dalam album tersebut diciptakan oleh Nono. Judul-judul lagu di album A-Dhu Band antara lain Sedaci, Siti Djainab, Ini Duniaku, Dosa Cinta?, Kejujuran Cinta Agus Dhukun, Ly, @ku Adalah @ku dan Mba Yayu.

Beberapa lagu hits terbaik Mus Mujiono antara lain, Tanda-tandanya, suara hati, Kaulah Segalanya, Arti Kehidupan, Satu jam lagi dan masih banyak lagi. Dong ayo, nonton konsernya di Senggigi Sunset Jazz 2023! (bersambung/EditorMRC)