MATARAMRADIO.COM – Ernesto “Che” Guevara adalah salah satu tokoh revolusi paling terkenal di dunia, yang dikenal karena peranannya dalam Revolusi Kuba dan perjuangannya melawan imperialisme global.
Sosoknya yang karismatik dan gagasannya yang radikal menjadikannya ikon perlawanan, bahkan puluhan tahun setelah kematiannya. Namun, di balik gambar wajahnya yang ikonik, tersimpan perjalanan hidup yang penuh lika-liku, mulai dari masa kecilnya di Argentina hingga akhir tragis di Bolivia.
Masa Kecil dan Keluarga
Che Guevara lahir dengan nama lengkap Ernesto Guevara de la Serna pada 14 Juni 1928, di Rosario, Argentina. Ia berasal dari keluarga kelas menengah dengan latar belakang keturunan Spanyol dan Irlandia. Ayahnya, Ernesto Guevara Lynch, adalah seorang insinyur sipil dan ibunya, Celia de la Serna, adalah seorang feminis terpelajar yang sangat memengaruhi pemikiran Che sejak dini.


Sejak kecil, Che menderita asma kronis, kondisi yang membuatnya sering absen dari sekolah dan mengalami gangguan kesehatan seumur hidup. Namun, penyakit ini tak menghalangi semangat belajarnya. Che tumbuh menjadi anak yang cerdas, rajin membaca, dan sangat menyukai buku-buku filsafat, sastra, serta sejarah. Ia juga menunjukkan ketertarikan pada isu-isu sosial dan politik sejak usia muda.
Masa Remaja dan Perjalanan Mencari Makna Hidup
Pada tahun 1947, Che masuk ke Universitas Buenos Aires untuk menempuh pendidikan kedokteran. Namun, titik balik hidupnya terjadi pada tahun 1951 ketika ia memutuskan untuk melakukan perjalanan keliling Amerika Latin menggunakan sepeda motor bersama sahabatnya, Alberto Granado. Petualangan ini membawanya menyaksikan kemiskinan, ketidakadilan, dan penindasan yang dialami oleh banyak masyarakat di berbagai negara.
Pengalaman ini mengguncang jiwanya dan membuatnya sadar bahwa masalah kesehatan yang ia pelajari sebagai calon dokter tidak bisa dipisahkan dari struktur sosial dan ekonomi. Dalam buku catatannya yang kemudian diterbitkan sebagai The Motorcycle Diaries, Che menuliskan bahwa revolusi adalah satu-satunya jalan keluar dari penderitaan rakyat.
Perjalanan Menuju Revolusi Kuba
Setelah menyelesaikan studi kedokterannya pada tahun 1953, Che melakukan perjalanan ke Guatemala, di mana Presiden Jacobo Árbenz mencoba menerapkan reformasi agraria. Namun, pemerintah Árbenz digulingkan oleh kudeta yang didukung CIA. Peristiwa ini memperkuat keyakinan Che bahwa imperialisme Amerika Serikat adalah musuh utama rakyat miskin di Amerika Latin.
Tak lama kemudian, Che bertemu dengan dua tokoh revolusioner asal Kuba, Fidel dan Raúl Castro, di Meksiko. Mereka merencanakan revolusi untuk menggulingkan diktator Kuba, Fulgencio Batista. Che bergabung dengan gerakan ini sebagai dokter, tetapi dengan cepat menunjukkan keberanian dan kepemimpinannya dalam pertempuran.
Pada tahun 1956, bersama Fidel Castro dan sekitar 80 pejuang lainnya, Che ikut dalam ekspedisi dengan kapal Granma untuk memulai revolusi di Kuba. Setelah bertahun-tahun bertempur di pegunungan Sierra Maestra, revolusi akhirnya berhasil. Pada 1 Januari 1959, Batista melarikan diri dan Che ikut memasuki Havana sebagai pahlawan revolusi.
Peran di Pemerintahan Kuba
Setelah kemenangan revolusi, Che diberi berbagai peran penting dalam pemerintahan baru. Ia menjadi Menteri Perindustrian, kepala bank sentral, dan diplomat internasional. Che aktif menyuarakan solidaritas global terhadap negara-negara Dunia Ketiga dan menentang dominasi kapitalisme global. Ia juga mendorong industrialisasi dan sistem kerja sukarela di Kuba.
Namun, kebijakan ekonomi Che yang terlalu idealis sering bertentangan dengan realitas. Hubungannya dengan Uni Soviet juga mulai merenggang karena ia menolak ketergantungan ekonomi pada satu negara adidaya.
Perjuangan Revolusioner di Kongo dan Bolivia
Pada tahun 1965, Che menghilang dari kehidupan publik. Ia menulis surat perpisahan kepada Fidel dan memutuskan untuk menyebarkan revolusi ke negara lain. Pertama, ia pergi ke Kongo untuk membantu pemberontakan bersenjata, tetapi misinya gagal karena kurangnya dukungan lokal dan perpecahan di internal kelompok pemberontak.
Tak menyerah, Che kemudian menuju Bolivia pada tahun 1966 dengan identitas palsu dan pasukan kecil. Di sana, ia berusaha membangun basis revolusi dengan pendekatan gerilya. Namun, pemerintah Bolivia, dengan bantuan CIA dan tentara AS, segera mengetahui keberadaannya.
Penangkapan dan Kematian
Setelah berbulan-bulan dikepung dan dikhianati oleh penduduk lokal yang takut, Che akhirnya tertangkap pada 8 Oktober 1967 di hutan Bolivia. Keesokan harinya, pada 9 Oktober 1967, Che dieksekusi secara brutal oleh tentara Bolivia di sekolah desa kecil di La Higuera. Ia meninggal dalam usia 39 tahun.
Jenazahnya awalnya dikuburkan secara rahasia, tetapi pada tahun 1997, sisa-sisa tubuhnya ditemukan dan dipindahkan ke Kuba, di mana ia dimakamkan dengan upacara militer di kota Santa Clara, tempat ia pernah memenangkan pertempuran penting dalam revolusi.
Warisan dan Pengaruh
Che Guevara kini menjadi simbol perjuangan anti-penindasan di seluruh dunia. Wajahnya yang ikonik, yang diabadikan dalam foto karya Alberto Korda, menjadi lambang pemberontakan, idealisme, dan perjuangan rakyat kecil. Meski banyak dikritik karena pendekatan militannya dan kebijakan otoriternya di Kuba, pengaruh Che terhadap gerakan kiri global sangat besar dan masih terasa hingga hari ini. (editorMRC)









