Lebih Dekat dengan Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan yang Bangga Jadi Anak Petani

MATARAMRADIO.COM – ZULKIFLI Hasan alias Zulhasan dikenal sebagai sosok Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang humoris dan lugas. Dalam setiap kesempatan terutama saat bertemu dengan anak muda dan kalangan mahasiswa, Zulhasan juga kerap menyelipkan kisah hidupnya yang inspiratif.“Ohya, maaf kepada pembawa acara. Saya ini bukan Zulkifli Hasan, nama saya Dilan…,” seloroh Zulhasan saat kuliah umum di sebuah kampus di Bandung, Jawa Barat, ketika Indonesia dilanda demam film Dilan.

Kebiasaan bercerita tentang kisah sukses itu, tentu bukan untuk agul atau sombong. Niatan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu hanya untuk mendorong anak-anak muda Indonesia lebih maju dan kreatif sesuai dengan tantangan zamannya. Anak muda seperti itulah yang diharapkan Zulhasan membangun dan memimpin Indonesia lebih baik ke depan.

Pemegang Bintang Jasa Mahaputra Adipradana ini juga selalu bangga menyatakan dirinya sebagai anak kampung dan anak petani. Lampung, tempat kelahiran Zulhasan dikenal sebagai penghasil lada, kapulaga, karet, cengkih dan kopi.“Saya ini bisa jadi sekarang di antaranya karena orangtua saya petani. Biaya sekolah saya itu dari tanaman kopi. Kami punya 3 hektare kebun,” tutur alumnus Universitas Krisnadwipayana ini.

BACA JUGA:  Ini Dia Kendaraan yang 'Diharamkan' Pakai BBM Bersubsidi

Nah, ketika bercerita kopi Zulhasan sangat antusias. Lampung menurut Zulhasan dikenal sebagai penghasil kopi robusta terbaik. Beberapa daerah di Indonesia juga penghasil jenis kopi unik lainnya dari mulai Aceh hingga Papua. Sampai saat ini Indonesa masih bertengger di peringkat empat penghasil kopi dunia.

Sayang, Indonesia masih kalah dengan Vietnam yang saat Orde Baru berjaya, negeri itu masih berkutat dengan konflik negaranya. Namun dalam waktu singkat negara yang belajar sistem pertanian kepada Indonesia itu malah menyalip ‘gurunya’. Selain penghasil kopi kedua di dunia, Vietnam juga dikenal sebagai pengekspor beras.“Termasuk mangga itu dari kita. Tapi mangga asam di Thailand bisa jadi manis,” kata peraih penghargaan Bapak Pencinta Kopi Indonesia dari  Dewan Kopi Indonesia ini.

“Ini tantangan kita termasuk anak-anak muda,” kata Zulhasan dikutip MATARAMRADIO.COM dari ASIATODAY.

Suatu hari, alumus master dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini bertemu dengan koleganya di sebuah tempat. Saat itu disuguhi kelapa muda sebagai minuman. Sang tuan rumah mempersilakan Zulhasan untuk meminum suguhannya. “Silakan diminum kelapa Thailand-nya!”

BACA JUGA:  Kuras Isi Rumah Dokter, Polisi Tangkap Maling Kambuhan

Zulhasan mengaku hampir terlonjak mendengar kelapa yang di hadapannya diimpor dari Thailand. Dalam batin Zulhasan, gila aja kelapa di Indonesia sangat melimpah, masak harus didatangkan juga dari Thailand.“Saya sampai tak jadi meminumnya,” ujar Zulhasan.

Kisah Zulhasan berpolitik sudah terlalu banyak diceritakan tetapi cerita yang membentuk karakter Zulhasan seperti sekarang ini masih sedikit yang membicarakannya.

Awalnya dari sebuah ‘pemberontakan’ Zulhasan muda yang tidak ingin mengikuti rencana orangtuanya. Zulhasan sudak sejak dini dibentuk kedua orangtuanya untuk menjadi ulama besar seperti Buya Hamka.

Namun, Zulhasan lebih memilih hijrah dan hidup sebatangkara di belantara Jakarta.“Saya itu dulu diarahkan orangtua menjadi seperti Buya Hamka. Tapi saya menolak. Saya ingin merantau ke Jakarta,” ujar Zulhasan.

Dengan biaya sendiri, Zulhasan melanjutkan sekolah di SMA 53 Jakarta. Di sini pula Zulhasan mulai naksir seorang perempuan. Tidak tanggung-tanggung, perempuan yang dibidik Zulhasan juga menjadi incaran cowok lainnya.

Rupanya Zulhasan sadar diri–ketika cowok-cowok saingannya pamer motor trail yang saat itu diaggap macho dan mobil sedan–berputar otak untuk mencari jalan lain untuk mengalihkan perhatian perempuan.“Modal saya saat itu hanya otak. Itu saya optimalkan,” kenang mantan Menteri Kehutanan ini.

BACA JUGA:  Segera Digelar MotoGP 2021, Sirkuit Mandalika Masih Daftar Cadangan

Kecerdasan dan prestasi di sekolah ternyata mengalahkan semuanya. Soraya, perempuan cantik berkulit putih dan berhidung bangir itu ternyata lebih kepincut Zulkifli Hasan kendati ke sekolah tidak mengendari sedan atau motor trail.“Kenapa Ibu ketika itu lebih memilih Pak Zulkifli Hasan yang miskin?” tanya saya pada sebuah kesempatan.

Dengan malu-malu Soraya berucap, “Ya, karena Bapak saat itu pinter, cerdas.”

Kelak, Zulhasan tidak hanya pintar dan cerdas tetapi juga ulet. Untuk hidup di Jakarta dan biaya sekolah ia jalani sebagai sales panci keliling dan alat rumah tangga lainnya.

Dari jualan panci itulah Zulhasan mengontrak gudang, beli motor trail dan juga beli mobil mewah dan menjadi pemilik pabrik alias juragan alat-alat rumah tangga.

Dan kini Presiden Jokowi melantiknya sebagai menteri perdagangan. Pertanyaan wartawan pertama, “Bagaimana harga minyak goreng, Pak?”. (EditorMRC)