MATARAMRADIO.COM, Yogyakarta – Main ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidaklah lengkap jika belum mengunjungi kawasan Malioboro, salah satu ikon kota Yogyakarta.
Di kawasan ini banyak dijumpai berbagai aktifitas masyarakat mulai dari kuliner hingga pijat.
Untuk kuliner banyak tawaran yang bisa dinikmati mulai dari baso bakar, pisang goreng, sosis dan yang mengundang rasa penasaran kopi joss.
Yap….kopi satu ini tidak beda dengan kopi lainnya, hanya sajian bara arang yang dicemplungkan ke dalam kopi menjadi sensasi tersendiri.
Soal rasa? ada sedikit perbedaan namun tidak mengurangi rasa khas kopi.
Secara keseluruhan, wisata kuliner di kawasan Malioboro tidak membuat tegang kantong atau lainnya. Disamping rasa makanan, minuman dan harga tidaklah memberatkan anak-anak mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di sekitar Yogyakarta.
“Rasa enak, harga wajar. Terjangkaulah,” ucap Lenita salah satu mahasiswa Akuntansi UIN Sunan Kalijaga asal Cilacap.
Sementara mahasiswa Komunikasi Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) asal Palembang, Guna Wijaya menilai setiap daerah memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah wisata kuliner yang ‘ramah’ bagi mahasiswa.
Namun perlu keseriusan dan ketelatenan dari masyarakat atau pelaku kuliner di daerah tersebut.
“Semua daerah berpotensi. Tapi, karakter masyarakat yang cepat bosan membuat angkringan ‘ramah’ mahasiswa tidak bertahan lama disana,” katanya.
Potensi angkringan ‘ramah’ mahasiswa, menurut Kepala Dinas Pariwisata NTB, Jamaluddin Malady bisa diterapkan di Mataram. Namun, perlu keseriusan dalam penataan atau sarana pendukung lainnya.
“Mataram punya potensi untuk dikembangkan menjadi daerah wisata kuliner ‘ramah’ mahasiswa seperti di Udayana atau tempat lainnya. Namun, ini perlu penataan. Perlu waktu,” katanya.
Usai menikmati kuliner, kawasan Malioboro masih menantang untuk ditelusuri.
Andong (kereta kuda) yang berjejer di beberapa titik, aktifitas pedagang pakaian dengan harga menarik dan tukang pijat menjadi daya tarik tersendiri.
Dan tukang pijat menjadi pilihan untuk berbincang saat malam menjelang.
Di sepanjang Jalan Malioboro, ada ratusan tukang pijat dan sebagiannya sudah bersertifikat, Sofyan salah satunya.
Menurutnya, walau banyak tukang pijat namun tidak ada persaingan bahkan saling membantu.
Misal, jika ada terapis dapat tamu tapi kekurangan tenaga maka akan dipanggil terapis lain yang bisa membantu.
“Kami sudah saling paham, rezeki sudah ada yang atur. Kita hanya menjalani,” katanya.
Dengan kesadaran seperti itu, kata Sofyan sesama terapis saling membantu dan saling bekerjasama. (MRC03)