Penjelasan Kenapa Gempa Bisa Picu Tsunami

MATARAMRADIO.COM – Tsunami adalah rangkaian gelombang air laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hingga lebih dari 900 kilometer per jam. Penyebab utama terjadinya adalah gempa bumi atau getaran yang terjadi di bawah laut.

Namun, tidak semua gempa bisa menyebabkan tsunami. Terdapat beberapa syarat dan mekanisme yang harus terjadi yang membuat gempa bumi bisa menyebabkan tsunami. Berikut adalah syarat terjadinya tsunami akibat gempa bumi secara umum:

Gempa dengan magnitudo 6,5 sampai 7,5 biasanya tidak langsung menyebabkan tsunami, namun berpotensi menimbulkan efek sekunder seperti longsor bawah laut yang bisa menyebabkan tsunami.
Gempa bumi di bawah laut terjadi akibat pertemuan dua lempeng bumi yang saling bertabrakan. Ketika kedua lempeng bertumbukan dan terjadi pola sesar naik dan turun, maka ini merupakan tanda terjadinya tsunami.

BACA JUGA:  HUSNI CHOMSKY (Kehilangan yang Selalu Ada)


Ketika lempeng bergerak secara vertikal, ini akan memicu air di atasnya membentuk gelombang ke segala arah, termasuk ke arah daratan yang akan menyebabkan tsunami. Ini merupakan hal yang terjadi pada air untuk kembali mendapatkan posisi yang seimbang di atas lempeng yang bertabrakan dan berubah posisi tadi.
Sesuai mekanisme terjadinya, sebanyak 80 persen tsunami terjadi di Ring of Fire yang merupakan zona subduksi. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Ring of Fire, sehingga sangat rentan mengalami gempa bumi dan tsunami.
 
Tsunami Akibat Letusan Gunung Berapi

BACA JUGA:  Galau Penyiaran

Letusan gunung berapi bisa menyebabkan tsunami jika letusan tersebut memiliki kekuatan getaran atau menghasilkan gempa vulkanik yang sangat besar. Gunung berapi yang memicu tsunami tidak hanya gunung di bawah laut, namun juga di darat, namun biasanya yang terletak dekat dengan laut.
Salah satu contoh tsunami akibat letusan gunung berapi adalah tsunami Banten tahun 2018 yang disebabkan letusan Gunung Anak Krakatau. Contoh lainnya adalah letusan Gunung Krakatau tahun 1883 yang menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.
Sesuai dengan penjelasan di atas, umumnya longsor bawah laut merupakan kejadian sekunder dari gempa berkekuatan menengah. Walaupun begitu, longsor itu juga bisa memicu perubahan dasar laut yang menyebabkan pergerakan air di atasnya.
Sama seperti yang terjadi ketika gempa bumi, air akan membuat gelombang besar untuk mencapai keseimbangan atau equilibrium dengan bentuk dasar laut yang baru setelah terjadinya longsor bawah laut. (EditorMRC)

BACA JUGA:  Fathurrahman Zakaria: Pelopor Jurnalisme dan Pejuang NU yang Terlupakan