Idul Fitri 1442 H, menjadi lebaran kedua di tengah pandemi covid 19.
Pasalnya, ditengah Pandemi Covid 19 ini, jalur-jalur ekonomi tersekat. Imbasnya, aliran ekonomi tersendat atau tidak mengalir sama sekali.
Hal ini bisa dilihat dari berapa banyak perusahaan yang harus tutup layar, dampaknya berapa banyak karyawan yang akhirnya harus tidak memiliki penghasilan tetap.
Tak kalah sedihnya, efek dari Covid 19 juga berdampak pada tatanan kebiasaan di masyarakat. Masyarakat yang biasanya saling berinteraksi, mulai terbatasi dengan nama protokol kesehatan Covid 19.
Dalam protokol Covid 19 ada pembatasan jarak, tidak boleh bersalaman dan lainnya. Kondisi ini pun berimbas kepada berkurangnya interaksi sosial secara fisik di masyarakat.
Disadari, walau makna interaksi bisa dilakukan di dunia virtual namun nilai kebersamaan jelas berkurang.
Berkurangnya kebersamaan, memberi ruang sangat luas setiap individu bermain di dunia maya (bagi yang memiliki fasilitas). Sayangnya, selancar di dunia tanpa batas ini berdampak negatif juga bila tidak dibarengi kesadaran dan pahamnya arus informasi yang jadi rujukan.
Beberapa kasus pernikahan anak di bawah umur menjadi salah satu contohnya. Walau ada catatan angka 800 pernikahan anak dibawah umur, fakta lapangannya mungkin lebih. Tapi paling tidak, pandemi pun berimbas kurang baik di dunia pendidikan.
Melihat fakta lapangan yang ada, tentu pemerintah harus segera mengambil sikap menyelamatkan kehidupan manusia dari segala lini.
Bagaimana pola terbaik menyelamatkan kehidupan manusia, pemerintah tentu punya konsep dan aplikasi yang terbaik. Kita doakan saja, apa yang dihajatkan oleh umat manusia bisa segera terwujud, Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto Tentrem Kertoraharjo. salam. Rahayu. (Tim Editorial Weekend)
Foto: Antara foto