Pengeroyokan Berdarah di Lombok Tengah, Anak Kadus Jadi Korban. Begini Kronologis Kasusnya!

Remaja yang akrab disapa Puad ini tengah berjalan pulang usai nongkrong bersama teman-temannya. Mereka tidak sedang membuat onar, hanya menghabiskan waktu seperti pemuda pada umumnya. Tapi di balik keheningan malam, ada sekelompok orang yang ternyata menyimpan bara dendam.

Tanpa diduga, Galang dan teman-temannya dibuntuti sejak meninggalkan tempat tongkrongan. Naluri remaja mereka sempat memberi tanda bahaya. Mereka memutuskan untuk memutar arah dan bersembunyi di belakang gudang Bulog Ubung, berharap penguntit mereka kehilangan jejak. Namun harapan itu pupus.

BACA JUGA:  Polisi Amankan Lima Terduga Pencuri Sapi

Begitu mereka muncul dari persembunyian, puluhan orang tiba-tiba muncul dari arah Desa Nyerot dan langsung mengepung mereka di depan bangunan UD Pilar Sempurna.

“Kami tidak berani bela, pas mau lerai kami diancam ditusuk pakai senjata tajam,” ujar Saiful Bahri, salah satu saksi yang juga teman korban.

Serangan itu begitu brutal. Batu, kayu, dan benda tumpul lainnya menghantam tubuh Galang tanpa ampun. Ia sempat pingsan dan terkapar di jalan sebelum akhirnya dilarikan ke RS Cahaya Medika oleh warga yang datang terlambat menyelamatkan.

BACA JUGA:  Tim Polres Lobar Bekuk Pelaku Curanmor, Dua Masih Buron

Di ruang rumah sakit, sang ayah, H. Samsul Ramdani, tak mampu menyembunyikan kesedihan dan amarah. Ia tak hanya seorang ayah yang terluka, tapi juga seorang pemimpin dusun yang warganya kini merasa martabatnya diinjak.

“Kalau menurut teman-teman anak saya, yang memulai ini adalah teman sekolahnya dulu yang sempat ada masalah dengan anak saya,” katanya lirih.

Laporan sudah masuk ke Polres Lombok Tengah. Kasi Humas Iptu Lalu Brata Kusnadi membenarkan bahwa pihaknya tengah memproses kasus ini.

“Kami sudah terima laporannya dan secepatnya akan memanggil saksi-saksi,” ujarnya tegas.

BACA JUGA:  Siskamling, Minimalisir Pencurian Ternak

Tapi yang lebih menegangkan adalah suasana di Dusun Bunsumpak. Puluhan warga mendatangi rumah sang Kadus. Bukan untuk sekadar simpati, tapi karena merasa tersinggung. Bagi mereka, Galang bukan hanya korban, tapi simbol dari harga diri dusun.

“Kami khawatir emosi keluarga dan warga tidak bisa dikontrol. Ini menyangkut harga diri dusun kami,” tegas salah satu tokoh masyarakat yang hadir malam itu.

Mereka mendesak aparat kepolisian bertindak cepat dan tegas. Warga menolak bila kasus ini hanya berhenti di meja laporan. Bagi mereka, keadilan tak boleh tertunda. (editorMRC)