Bahasa Ibu Jadi Bahasa Sehari- hari. Sekretaris Badan : Revitalisasi Bahasa Daerah Komitmen Pemerintah Daerah


“Bahasa daerah adalah milik kita. Jika kita sudah memiliki kebanggan maka muncul tanggungjawab untuk melestarikannya dengan menggunakan bahasa ibu,” jelas Sekretaris Daerah, Lalu Gita Ariadi saat membuka Festival Tunas Bahasa Ibu 2024 di Mataram, Rabu 30 Oktober 2024.


Gita menilai bahasa sebagai bagian dari kebudayaan mengalami tekanan dan berkompetisi dengan kebudayaan lain sebagai bentuk pergaulan modern dan global.

BACA JUGA:  Kopi Lanang Bekisar Seharga Mobil


Terlebih, di era teknologi dan globalisme yang jika tidak dibumikan dalam aktifitas sehari hari akan hilang dengan sendirinya.


Karena itu, kata Gita Pemerintah provinsi NTB mengapresiasi kegiatan Balai Bahasa NTB yang terus melibatkan siswa sekolah dalam pembinaannya melalui festival bahasa dan sastra.


Sekretaris Badan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hafidz Muhsin mengatakan, program revitalisasi bahasa daerah merupakan komitmen provinsi dan kabupaten/ kota untuk melestarikan bahasa ibu.

BACA JUGA:  Kasus Narkoba Dominasi Warga Binaan Lapasma


“Sekarang ada 718 bahasa daerah. Ada yang hampir punah bahkan hilang karena tak memiliki penutur dan tak diwariskan pada generasi berikutnya,” sebut Hafiz.


Hafiz menambahkan program lain yang berkaitan dengan pemberdayaan generasi adalah manajemen talenta nasional guna menemukan talenta talenta muda berpotensi termasuk dalam bidang bahasa dan sastra menuju Indonesia Emas 2045.


Hafiz meminta anak-anak dibiasakan mencintai bahasa ibu, mendorong sekolah dan mitra lain membina kecakapan berbahasa ibu dan sastra.

BACA JUGA:  Money Politics Bentuk Ketidakpercayaan Diri. Kepala Bakesbangpol Mataram: Kenapa tidak Meniru Vladimir Putin


Kepala Balai Bahasa NTB, Puji Retno Hardiningtyas mengatakan Festival Bahasa Ibu yang digelar sejak 2022 diharapkan dapat memelihara eksistensi bahasa ibu dengan mempelajari, mengembangkan dan menggunakannya


Untuk festival tahun 2024 yang dimulai tanggal.30 Oktober hingga 1 November diikuti 320 peserta dengan mengkompetisikan kecakapan berbahasa ibu dengan tujuh kriteria lomba seperti membaca dan menulis puisi serta komedi tunggal dalam bahasa ibu, menulis aksara Sasak, Samawa, Mbojo, pidato bahasa daerah, tembang dan menulis cerpen. ***