MATARAMRADIO.COM – Berbagai kalangan memberikan penilaian sangat positif dan menilai ZulUhel sebagai pasangan yang realistis menyampaikan visi misinya pada debat Pilgub perdana yang digelar KPU NTB pada Rabu, 23 Oktober 2024.
Adalah Abato Saptoto, tokoh pers senior NTB yang kini memilih sebagai Relawan Pemenangan ZulUhel membeberkan fakta menarik pasca debat pilgub.
Menurutnya, Debat perdana Pilgub NTB semakin menegaskan bahwa Bang Zul dan Abah Uhel sebagai pemimpin realistis. Pemimpin yang berpihak atas fakta zaman, bukan pemimpin idealis yang berkutat pada teori.
“Fakta zaman mempertontonkan bahwa tidak ada pemimpin yang benar-benar mandiri. 100 persen terbebas dari kepentingan lain. Apalagi dengan sistem demokrasi yang zaman ini sama-sama kita percaya,”katanya seperti dilansir ASLINEWS.ID, minggu (26/10).
Baca Juga: Viral! Video Umi Rohmi Ikut Nyanyikan Yel-Yel ZulUhel Saat Debat Perdana Pilgub NTB !
Menurutnya, fakta tak bisa dibantahkan bahwa pemimpin hari ini lahir dari kesepakatan lembaga politik yang bernama PARTAI dan kemudian dilegitimasi oleh rakyat di bilik suara.
“Seorang pemimpin yang lahir dari kesepakatan partai apakah bisa melepaskan diri dari kepentingan partai dengan dalih meritsistem?,”tanya pria yang akrab disapa Abato ini.
Disebutkan, zaman menunjukkan bagaimana Partai Politik berselingkuh dengan pemimpin atau penguasa. Penempatan pejabat sangat tidak mungkin 100 persen terbebas dari kepentingan perselingkuhan tersebut.
“Indah gunung tampak dari jauh. Setelah masuk ke dalam penuh onak dan duri. Ular berbisa dan aneka binatang buas. Bagi yang di luar sistem memang gampang mengatakan meritokrasi tetapi ketika masuk ke dalam maka berbagai kepentingan itu akan memaksa seorang pemimpin/penguasa berdamai dengan system,”tandasnya.
Abato menegaskan, semakin banyak partai yang bersepakat atas seorang pemimpin yang akan dilahirkan, maka akan semakin besar peluang untuk menjauh dari meritokrasi. Semakin banyak kepentingan yang harus diakomodir.
“Lalu Ikbal dan Umi Dinda misalnya, bisakah benar-benar bebas dari Partai Gerindra, Golkar, PAN dan lain-lain. Atau Umi Rohmi dan Musyafirin, bisakah benar-benar terbebas dari kepentingan Partai PDI Perjuangan, Perindo dan PKB?,”sergahnya.
Belum lagi, ungkapnya, kepentingan oligarki yang sudah berurat berakar di NTB. Atau kepentingan tokoh-tokoh masyarakat yang selama ini getol mendukung para Paslon.
“Rasanya akan sangat sulit… Karena zaman sudah seperti itu,”cetusnya seraya mengutip ungkapan Bang Zul yang dengan lugas mengatakan “don’t kick the system too hard because buat the system Will kick you back harder then you thought ” .
“Artinya Bang Zul adalah pemimpin yang siap berdamai dengan sistem pada zaman ini. Jika anda melawan sistem itu maka sistem akan melawan anda lebih keras lagi.
Meritokrasi dalam sistem seperti saat ini hanyalah utopia. Atau paling tidak, cukup pada wacana atau paling tinggi menjadi sebuah cita-cita luhur pemimpin,”tegasnya.
Ia menggambarkan bagaimana seorang profesor sekelas Mahfud MD saja sampai stress menghadapi sistem zaman ini. Sampailah Mahfud MD pada kesimpulan malaikat yang masuk dalam sistem saat ini akan berubah menjadi iblis.
Debat Cagub NTB beberapa hari lalu sekali lagi menegaskan Bang Zul hidup dan memimpin di dunia nyata. Bukan seorang utopis yang hidup di dunia khayalan.
Tidak heran, katanya, jika Bang Zul dikenal sebagai pemimpin yang akomodatif. Selalu ingin mengakomodir kepentingan berbagai pihak sambil meredam efek seminimal mungkin. Bang Zul bukan tipe pemimpin yang merasa cerdas sendiri dan mengambil keputusan sendiri. Sebagai pemimpin Bang Zul berkeinginan membuat bahagia semua pihak.
“Tetapi bagaimanapun selalu saja ada yang tertinggal. Karena memang tidak mungkin membahagiakan semua pihak. Apalagi mengangkut semuanya dalam kapal NTB yang sangat kecil ini. Pasti selalu ada yang tertinggal di dermaga. Atau paling tidak jatuh ke laut…!,”pungkasnya. ***