Rijtuig Te Lombok

Oleh: Buyung Sutan Muhlis

De Indische Courant, koran berbahasa Belanda, di tahun 1922 memuat surat pembaca dari seseorang yang melancong ke Pulau Lombok. Dari Surabaya ia naik kapal uap menuju Pelabuhan Ampenan. Ongkosnya 50 gulden. Perjalanan laut yang makan waktu 27 jam.

Setibanya di Pelabuhan Ampenan para penumpang berdebat dan saling tawar dengan pemilik gerobak atau dokar. Tarif dokar untuk sampai ke hotel atau pesanggerahan di Mataram sebesar 50 sen.

BACA JUGA:  Ayam Tuhan

Rijtuig (kalau diterjemahkan artinya gerbong, bahasa Belanda) atau alat angkut yang ditarik kuda itu sarana transportasi umum andalan di Pulau Lombok. Tidak hanya untuk perjalanan jarak dekat, tapi para kusir dokar juga siap mengantar penumpang hingga belasan mil jauhnya. (Buyung Sutan Muhlis)