MATARAMRADIO.COM, Mataram – Ada simulasi menarik dipaparkan DR Haeril, Peneliti dari Universitas Mataram yang memprediksi kemungkinan bertambahnya jumlah pasien positif Covid 19 di Nusa Tenggara Barat mencapai ribuan orang, bila pola penanganannya masih longgar seperti yang diterapkan saat ini.
Dalam paparannya bersama tim peneliti Unram di hadapan Gubernur NTB DR H Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur NTB Dr Hj Siti Rohmi Jalilah, Rabu (6/5), Dr Haeril memaparkan secara lengkap skenario intervensi pengendalian penyebaran Covid 19 di NTB dengan menggunakan pendekatan yang disebut sebagai Model SEIR (Susceptibles, Exposed, Infected, Recovered).
Disebutkan, SEIR menggunakan pendekatan kepada kelompok individu yang rentan, kelompok terkena Covid-19 namun tidak tampak gejalanya, kelompok individu yang terinfeksi Covid-19 dan terakhir kelompok yang sembuh dari Covid-19.
Menurut Dr. Haeril, NTB memerlukan skenario Intervensi kebijakan yang ketat atau moderat untuk bisa memutus lebih cepat rantai penyebaran penyebaran Covid-19 ditengah masyarakat. Efektivitas kebijakan tersebut, sangat tergantung dari komitmen masyarakat dan pemerintah dalam mengendalikan penyebaran Covid-19. “Masyarakat merupakan garda terdepan dalam upaya pengendalian penyebaran Covid-19,” tegasnya.
Haeril menguraikan lebih lengkap simulasi tiga skenario pengendalian yang mungkin diterapkan di NTB. Yakni, pertama : Skenario Longgar dengan efektivitas implementasi intervensi 25 %. Kedua, Skenario moderat dengan efektivitas implementasi intervensi 50 %. Dan ketiga adalah skenario ketat/wajib dengan efektivitas implementasi intervensi diatas 75 %.
Yang menarik, justru peringatan dari Tim Peneliti Unram yang menyatakan bila Pemerintah Daerah hanya menerapkan skenario pertama atau longgar seperti saat ini, maka 2000 an warga NTB bisa terinfeksi pada hari ke-145. Namun jika menerapkan skenario moderat, akan terjadi perubahan yang sangat signifikan. Sebanyak 560an warga yang akan terinfeksi di hari ke- 145. “Faktor preventif ini yang kita dorong, ketimbang kuratif dan detektif. Bagaimana mengendalikan OTG (Orang Tanpa Gejala, red) dan PPTG (Pasien Positif Tanpa Gejala,red). Bagaimana mengedukasi masyarakat, sosialisasi besar-besaran. Kita akan mengatur rekayasa sosial masyarakat,”tandas Haeril.
Menanggapi hasil simulasi tersebut, Gubernur NTB Dr.H Zulkieflimansyah memberikan apresiasi kepada para peneliti dari Universitas Mataram yang telah berpartisipasi membantu Pemerintah dalam menangani penyebaran pandemi Covid-19 di NTB. “Teman-teman sudah punya pengalaman. Simulasi ini menarik, karena mencoba mengubah cara pandang kita menangani Covid-19. Sistem dinamik ini hanya tools, alat untuk merubah pikiran sehingga kebijakan yang kita ambil tepat, ”ungkap gubernur.
Gubernur juga menyampaikan bahwa penanganan Covid-19 di setiap kabupaten /Kota di NTB bisa berbeda dikarenakan kondisi di lapangan berbeda atau tidak sama persis. “Kita konsen pada penyebaran, namun juga kita konsen pada pada dampak sosial ekonomi nya. Masalahnya kini, kondisi di setiap Kabupaten/kota berbeda, secara objektif berbeda – beda, sehingga kita harus hati-hati” jelasnya
Gubernur berharap simulasi yang dipaparkan Tim Peneliti Unram bisa lebih komprehensif dan lebih variarif lagi. Misalnya simulasi bagaimana jika semua pasar di NTB berbasis online, “Impact nya seperti apa. Jika akses jalan di batasi seperti apa. Jika ada pendekatan yang bisa mengorek secara keseluruhan, tentu sangat baik sekali” harapnya.
Hal senada diungkapkan Wakil Gubernur Umi Rohmi yang menegaskan pentingnya kedisiplinan dari semua pihak untuk mematuhi protokol pencegahan covid 19. “Kuncinya terletak pada kepatuhan semua pihak”, ujarnya. (MRC-007)