MATARAMRADIO.COM, Lombok Barat – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Prof Dr H Masnun Tahir MAg menegaskan pentingnya memiliki kesalehan digital di era transformasi teknologi komunikasi dan informasi saat ini.
Penegasan tersebut sampaikan ketika menyampaikan orasi kunci atau keynote speaker pada acara Sosialisasi Tentang Budaya Sensor Mandiri “Cerdas Memilih dan Memilah Tontonan” yang diselenggarakan Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia di Aruna Senggigi Hotel and Convention, Kamis (17/3).
Menurut Prof Masnun, transformasi digital telah membuat banyak orang serba asing dan harus menyesuaikan diri dengan banyaknya pilihan mencari informasi dan hiburan.
Kalau dulu, katanya, tontonan orang hanya sebatas film bioskop, menonton TV dan dengar radio, maka di era kekinian pilihan orang sangat banyak dan semakin gampang diperoleh melalui internet.”Fenomena transformasi digital menyebabkan orang lama jadi pendatang dan sebaliknya orang baru jadi tuan rumah,”sebut Rektor yang juga Ketua DPW NU NTB ini.
Ia mengibaratkan fenomena transformasi digital dan disrupsi media seperti kasus hijrahnya Rasulullah ke Madinah yang pengikutnya disebut sebagai Kaum Muhajirin diterima Kaum Ansor sebagai tuan rumah.
Prof Masnun menilai teknologi digital saat ini memang milik pendatang baru. Seiring semakin tingginya pengguna internet di Indonesia yang menembus angka 86% lebih.
Disisi lain, dia juga mencermati fenomena judul sinetron dan film yang aneh-aneh dibandingkan tempo dulu yang pernah ditontonnya. Sebut saja film Saur Sepuh dan Tutur Tinular Arya Kamandanu.
Belakangan, sebutnya, judul sinetron dan film makin aneh saja. Ada yang judulnya Keranda dan Kuburan terbakar hingga Layangan Putus yang viral di media sosial.”Saat ini dibutuhkan kesalehan digital,”tandasnya.
Kesalehan digital diperlukan agar orang selalu peka melakukan cek dan ricek atas apapun tontonan. Adakah tuntunan di dalamnya.
Tontonan sekarang ini, katanya sedemikian terstruktur, sistemik dan masif. Sehingga kerapkali menimbulkan perdebatan yang tidak penting dan substantif.”Sedikit dikit berdebat. Masalah kecilpun diperdebatkan,”ungkapnya dan mengajak hadirin untuk selalu melakukan filterasi atau menyaring apapun berita dan informasi yang diterima sebelum dibagi kepada orang lain atau sharing.
Acara Sosialisasi sendiri dibuka Dr Nasrullah selaku Ketua Komisi I LSF dilanjutkan penandatanganan naskah kerjasama antara LSF dengan UIN Mataram.
Adapun sesi sosialisasi dan diskusi tentang budaya sensor mandiri menghadirkan narasumber antara lain Kuat Prihatin dari LSF, Dr TGH Lalu Ahmad Zaenuri LC MA (Wakil Dekan FDK UIN Mataram) dan Ahmada Siladandy dari Komunitas Perfilman NTB serta dimoderatori Tri Widyastuti Setyaningsih dari Komisi Penyensoran LSF. (EditorMRC)