kau beli tanah di kampungku
tepat di belakang samping depan rumah
sudah tujuh turunan aku di situ
itu tanahmu, kini
kau bangun apa saja
mampu dan tiada ragu
aku tak dapat melarangmu
kau bangun hotel bintang
villa dan hunian mewah lainnya
kayamu bertambah banyak
rupanya tanah itu
jadi ladangmu yang ke beribu-ribu
aku tak dapat menghentikanmu
sebab hak ialah milikmu
kau terkutuk jadi orang kaya di kampungku
aku tersihir jadi kaum miskin
di gumi inak amakku
kau bangun diskotik
mabuk dan pesta segala jenis
dari berkutang hingga telanjang
apa kuasaku, tidak ada
tanah itu sekarang sudah jadi milikmu
melarangmu
terhukum aku
melawanmu
terpenjara aku
kau bangun sirkuit
hidup bermegah
tawa bermewah
apa pula kuasaku melarangmu
bagimu harta kayamu
bagiku miskin papaku
tetanggaku teriak
“buatlah ritual sebelum beradu cepat di sirkuit itu.”
“jalani ritual sebagai rasa hormatmu kepada leluhur.”
tetapi apa kewajibanmu mendengar jerit tetanggaku?
tidak ada
kau tak ada hubungan dengan leluhurku
tidak juga dengan ritual itu
apa perlunya semua itu
selain menjaga hartamu
setiap senti dari sirkuit itu milikmu
setiap lembar dari buah sirkuit itu ialah uangmu
aku punya apa
tetanggaku berhak apa
tiada
jangankan di kampungku
di mana pun jua
orang kaya tak beragama
tidak perlukan budaya
apatah lagi sampah upacara adat
uang
dan makin kaya
ialah segala
ialah utama
bagaimana aku dapat memaksamu menghentikan pesta
di tanah rumahmu sendiri
bagaimana aku dapat memaksamu menjalankan ritual
di ladang uangmu
ritual itu sampah
dibanding hak kuasamu
aku memang gila
menimbun harapan terlalu tinggi
pada tanah yang sudah jadi masa laluku
pada tanah yang sudah menjadi masa depanmu
aku memang gila
membangun harapan terlalu melangit
padamu yang kini tinggal menghitung untung
padamu yang kini makin berkuasa di kampungku
jadi buatlah apa maumu
jangan pedulikan aku
aku hanya sekadar kecewa jiwa
sekadar merana hati
sebab hanya dapat berdiri tanah ini
namun tak melihat kekayaan di lapisan terdalam
yang kini menjadi selimut tidur dan pestamu
kita bertetangga
bahkan tak berjarak
namun sudah pasti nasib tak sama
dan di masa depan
entah tanah yang mana lagi aku tinggali
sebab kau pasti semakin mampu menguasai tanah ini
kau yang semakin kuat
aku yang semakin lemah
itulah agaknya sejarah kan tertulis
sebab kuasa siapa yang kaya
pada akhirnya
bukan pada siapa leluhur
yang mewariskan
apa yang patut bagi kemiskinan ini
ialah menulis tentang kekalahan
ketundukan dan penghambaan kepada
orang kaya sepertimu
begitulah sejarah selalu
berputar di kampungku ini
Malaysia, 12 November 2021
Saat Jokowi menggeber motor di tengah runyam wajah kaum miskin