MATARAMRADIO.COM, Matatam – Tingginya kenaikan harga pakan ayam dan rendahnya penjualan telur di kota mataram menjadi salah satu penyeban empat dari enam peternak ayam petelur di kota mataram gulung tikar.
“Dari enam peternak ayam petelur di kota Mataram, 2 masih bertahan, 2 berhenti sementara dan dua sudah tidak beternak lagi,” jelas Kabid Peternakam Dinas Pertanian Kota Mataram, dr Diyan Riyatmoko kepada Mataramradio.com, Kamis (7/10/21).
Menurut Diyan sejak 4 tahun lalu harga pakan terus mengalami kenaikan hingga 40 persen sementara harga jual telur kalaupun ada kenaikan hanya sekitar 5 persen.
Jika dulu harga telur bisa mencapai 38 hingga 40 ribu per tray kini malah jatuh hingga 32 ribu per traynya sedang harga pakan tidak pernah turun.
“Dulu, peternak walau tidak mendapat untung masih bisa jualan telur untuk membeli pakan ayam. Sekarang, sulit. Harga telur kalah bersaing dengan harga telur dari luar NTB,” jelas Diyan yang juga seorang peternak.
Diyan mensinyalir pandemi covid 19 yang telah melumpuhkan sendi ekonomi termasuk sektor pariwisata di NTB dan Bali berimbas kepada minimnya penjualan telur.
Akibatnya, para peternak ayam petelur dari pulau Bali melebarkan sayap penjualan telurnya ke NTB. Sayangnya, harga ditawarkan dibawah standar telur produk lokal. “Ini juga menjadi penyebab minimnya penjualan telur produk lokal. Banyak telur dari peternak lokal menumpuk di gudang,” jelasnya.
Diyan mewakili para peternak berharap ada kebijakan yang mengatur tataniaga telur. Bila memungkinkan, dilakukan penghentian pengiriman telur dari luar pulau atau membatasi jumlah pasokannya dan mensubsidi harga pakan ayam agar para peternak ayam petelur bisa bertahan ditengah lesunya pemasaran telur ayam ras. (MRC03)