BRIDA NTB Dorong Riset Tematik 2025. Ternyata ini Maksudnya!

Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menyelaraskan arah riset daerah dengan kebutuhan nyata masyarakat serta program strategis Pemerintah Provinsi NTB.

Rapat ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, di antaranya Rektor Universitas Gunung Rinjani, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian (Fatepa) Universitas Mataram, Wakil Rektor I UNRAM Prof. Siti Hilyana, Kepala SMKN 3 Mataram, perwakilan Rumah Energi NTB, pejabat fungsional BRIDA NTB, serta sejumlah stakeholder terkait lainnya.

Kepala BRIDA NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos, MH yang memimpin langsung rapat tersebut, menegaskan komitmennya untuk mengembalikan marwah BRIDA sebagai motor penggerak riset daerah. “Tahun ini kita harus menghasilkan riset-riset yang menjawab persoalan nyata. Bukan hanya sekadar data, tapi solusi,” tegas Aryadi dalam siaran pers yang diterima MATARAMRADIO.COM.

BACA JUGA:  NTB - Jatim Teken Mou Perdagangan dan Investasi

Dalam arahannya, Aryadi juga menyampaikan adanya pembaruan struktur organisasi BRIDA, dengan membentuk tiga kelompok kerja (pokja) riset dan satu pokja inovasi. Hal ini dilakukan untuk memperkuat koordinasi dan mempercepat hilirisasi hasil riset yang relevan dengan visi misi Gubernur NTB, khususnya dalam isu strategis seperti pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, energi terbarukan, dan pariwisata berkelanjutan.

Beberapa riset yang diharapkan segera dikonkretkan antara lain riset UNRAM mengenai pemanfaatan gula aren, bungkil kedelai sebagai pakan ternak, dan penanganan stunting melalui produk susu MBG. Dekan Fatepa UNRAM menekankan pentingnya hilirisasi hasil riset agar dapat langsung memberikan manfaat bagi masyarakat. Potensi lokal seperti kelor juga disoroti sebagai bahan inovatif dalam penanganan stunting.

BACA JUGA:  Bantu Korban Gempa Cianjur, Pemprov NTB Kirim Produk Lokal Senilai Rp 811.280.000

Prof. Siti Hilyana, Wakil Rektor I UNRAM, turut menyoroti pentingnya penguatan ekosistem riset dan inovasi di NTB. Ia menegaskan tiga fokus utama yang perlu didorong: ketahanan pangan, energi, dan air. “Kita perlu memanfaatkan potensi daerah seperti limbah untuk energi alternatif, serta memperkuat riset kelautan mengingat NTB merupakan produsen garam terbesar ke-4 nasional dan eksportir indukan udang,” ujarnya.

Krisna Wijaya dari Rumah Energi NTB menambahkan pentingnya riset berkelanjutan, khususnya di sektor yang sering terlupakan seperti sanitasi. Pihaknya saat ini tengah mengembangkan riset berbasis limbah ternak untuk biogas dan pupuk organik.

BACA JUGA:  Merarik Kodek dan Tingginya Kasus Stunting di NTB

Rapat ini juga menegaskan pentingnya membentuk konsorsium riset tematik yang dikelompokkan dalam cluster-cluster prioritas, guna mempercepat hasil yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Monev (monitoring dan evaluasi) terhadap konsorsium juga akan menjadi salah satu langkah untuk memastikan efektivitasnya.

Dengan semangat kolaboratif, BRIDA NTB mengajak seluruh mitra riset dan inovasi untuk bergerak bersama mendukung terwujudnya program unggulan daerah yang berbasis bukti dan solusi nyata. Harapannya, hasil riset tahun ini benar-benar memberi dampak langsung dan menjadi titik balik kemajuan pembangunan daerah NTB. (editorMRC)