ASLI: Mengkawal Kiprah Suku Sasak di Pentas Nasional dan Dunia

MATARAMRADIO.COM, Mataram – Membumikan rumpun atau suku Sasak di mata Nasional dan Internasional, Aliansi Sasak Lombok Indonesia (ASLI) bertekad memperkuat sistem kelembagaan ke depan.

Langkah terobosan berupa road map (peta jalan) menuju tengah dipersiapkan. Rencananya paska pengukuhan kelembagaannya pada acara Sangkep Agung yang digelar di Mataram, pagi tadi (15/5/2022), akan segera disusul dengan agenda rapat kerja nasional.

Dr (Cand) Taufik Qoriadi ST MSc, Ketua Panitia Sangkep Agung ASLI kepada pers usai kegiatan pembukaan mengatakan, pihaknya optimis dengan kelembagaan wadah ke depan mampu membawa dampak perubahan baru dan berkontribusi maksimal demi keberlangsungan pembangunan di segala aspek. Bisa juga menjadi mitra dan agen pembaruan bagi perumusan kebijakan pemerintah dan semua pihak.

“Kita tentunya berpikir positif bahwa masyarakat suku Sasak ini semakin diperhitungkan eksistensinya di kancah manapun, tidak hanya dalam konteks pemberdayaan SDM (sumber daya manusia) tetapi juga output lainnya seperti pengembangan teknologi, IT, dan lain sebagainya,” ujar Taufik Qoriadi dalam keterangannya yang dilansir MATARAMRADIO.COM dari ASLINEWS.ID.

Untuk itu, menurut dia, diperlukan harmonisasi dan peran aktif semua pihak terutama kalangan Sasak untuk mewujudkan kualitas kelembagaan yang bermartabat dan profesional. Selain pentingnya keselarasan berbagai elemen budaya dan SDM dalam memupuk sinergitas dalam pelaksanaan program-program kerja nantinya.

BACA JUGA:  NTB Boyong banyak Juara pada IKADI 2023

“Di sini tentunya pentingnya peran semua pihak (Sasak) untuk berpartisipasi dan saling berbagi demi kemajuan lembaga,” kata dia.

Diterangkan Taufik, ASLI merupakan sentral komunitas dari semua unsur atau entitas budaya suku Sasak baik yang secara perorangan atau individual atau personality (budayawan) maupun kelompok atau sanggar kesenian di mana pun berada. Dengan kata lain, lembaga ini sebagai bentuk representasi dan sekaligus komunikasi antar organisasi kerukunan atau paguyuban warga suku Sasak — yang kini berjumlah lebih kurang 62 lembaga — di perantauan (diaspora).

Menyikapi permasalahan identitas budaya dan sosial masyarakat Sasak diaspora, Taufik tak bergeming. Kata dia, pola interaksi para diaspora Sasak di perantauan dan basis lokal sendiri sangat terbina dengan baik.

“Justru (itu) saking kuatnya keakraban di antara para diaspora mendorong lahirnya kelembagaan seperti sekarang ini. Persoalan sebelumnya karena kita tidak memiliki bendera (legalitas) kelembagaan sebagai keniscayaan,” pungkasnya.

BACA JUGA:  Pariwisata Senggigi Menggeliat

Senada itu, Lalu Bayu Windia, Ketua Harian Majelis Adat Sasak (MAS), menyebutkan para diaspora Sasak yang ada sesungguhnya memiliki modal berupa jejaring serta komitmen bersama dalam upaya menuju pengarusutamaan kepentingan bersama. Tidak hanya sesama Sasak, namun juga dengan entitas manapun.

Di samping yang tidak kalah pentingnya, andil pemikiran kreatif dengan membangun platform digital melalui aplikasi ASLIQUE. Sebuah sistim kelembagaan modern berbasis data base.

“Insya Allah dalam waktu tidak lama lagi akan terbangun suatu platform digital oleh ASLI yang dinamakan aplikasi ASLIQUE,” tandas Bayu Windia.

Melalui aplikasi ASLIQUE ini, urai Bayu, akan memudahkan lembaga ASLI dalam hal inventarisasi kelembagaan dan bahkan merekrut diaspora Sasak lainnya yang ada di nusantara dan belahan dunia lain. Keuntungan lainnya untuk membangun komitmen bersama di internal ASLI, membangun kerjasama sosial budaya dan kemanusiaan, serta memajukan sektor ekonomi kreatif.

“Sasaran ASLIQUE, pertama-tama untuk menginventarisir dan merekrut diaspora di tanah air dan di luar negeri. Kedua, dihajatkan untuk membangun komitmen bersama di kalangan internal ASLI dan membangun kerjasama sosial budaya dan kemanusiaan, serta ketiga, demi memajukan sektor ekonomi kreatif,” papar mantan jajaran elit birokrat Provinsi NTB yang purna tugas tahun lalu pada Dinas Perhubungan ini.

BACA JUGA:  Gempa 6,1 SR Guncang Sulawesi Utara

1000 diaspora

Fahrur Rozi, bidang pengelolaan IT ASLIQUE menjelaskan, data yang baru berhasil dihimpun pihaknya hingga saat ini mencatat sejumlah 1000 diaspora suku Sasak yang tersebar di tiga pulau besar, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

“Data diaspora Sasak yang sudah kami himpun tercatat hampir sejuta diaspora dengan sebaran Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera,” kata Rozi, sapaannya.

Besaran angka tersebut dipicu oleh regenerasi diaspora yang sebagian besar mengawali hijrahnya sebagai transmigran asal Lombok di daerah tersebut.

“Beranak pinak hingga tiga generasi,” ujar dia.

Rozi mencontohkan data demografi di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, di mana hampir sebagian penduduknya merupakan diaspora Sasak.

Dikatakan, melalui aplikasi ASLIQUE ini nanti maka proses identifikasi kependudukan berdasarkan suku akan lebih terjangkau.

“Misalkan di Mamili, ibukota Kabupaten Luwu Timur ada sekitar 10000 penduduk, maka bisa kita identifikasi mana diaspora Sasak, mana yang bukan,” katanya. (MRC-07))