MATARAMRADIO.COM, Mataram – Menjadi konten kreator di media sosial seperti Youtube akhir-akhir ini makin digandrungi banyak orang. Cukup bikin video yang unik dan sejenisnya, kemudian diunggah dan ditonton banyak orang. Maka youtuber akan menerima hasil yang sangat menggiurkan. Nilainya fantastis dari jutaan hingga miliaran sebulan.
Namun sepertinya, nasib beruntung tak selamanya diterima baik oleh Youtuber sebagaimana dialami konten kreator Lombok Mirah yang sudah mempunyai tidak kurang dari 11.800 pelanggan hingga 1 Mei 2020. Apa gerangan dengan Youtuber asal Lombok ini?
Selidik punya selidik, ternyata salah satu karya mereka berupa video musik instrumen telah menjadi korban pembajakan youtuber tak bertanggungjawab.”Ya karya kami dibajak perompak online,”sebut Muhammad Shafwan, sang kreator akun Lombok Mirah.
Diapun menuturkan pengalaman pahitnya melalui media sosial Facebook.
Menurut Shafwan, harusnya, dengan jumlah penonton yang mencapai hampir 1 juta orang. Dirinya selaku pemilik karya musik tersebut tinggal menerima hasil dari pihak Youtube. Sayangnya, impian dan harapan itu sirna. Karyanya sudah diambil alih dan dibajak oknum perompak online dengan mengunggah lagi video yang sama dan didaftarkan pada situs tunecore.”Saya dapat teguran dari pihak youtube karena dianggap menggunakan karya orang lain yang didaftarkan di tunecore. Padahal itu karya kami,”sesalnya.
Shafwan lantas menuturkan panjang lebar kronologis kejadian yang menimpanya. “Kami ingin ceritakan betapa kejamnya dunia Peryutuban. Khilaf sedikit duit yang siap masuk rekening raib begitu saja karena ulah pencuri konten yang merampas hak karya anda dengan mendaftarkannya di situs tunecore sebagai miliknya. Jika demikian, maka karya anda beralih menjadi miliknya dan anda tidak bisa berbuat apa-apa dan menghasilkan apa apa lagi. Parahnya jika anda main main untuk mengaploadnya atau meskipun anda sudah lebih dulu mengaploadnya maka siap siap saja anda akan kena pinalti karena mengapload karya orang lain (padahal itu adalah karya anda),”tulisnya.
Disebutkan, pada 17 September 2019 lalu, pihaknya mengunggah video instrument musik dengan judul Dj Jaipong Full Melody Asli Paling Santuyyy ! dan menyebutkan alamat linknya.
Dalam link video berdurasi 4.02 menit tersebut, hanya muncul visual bertuliskan JFA (Junior Farouk Adhir). Farouk Adhir sendiri dikenal sebagai salah satu komposer lagu Sasak yang cukup terkenal di Pulau Lombok. “Alhamduillah, sampai saat kami memeriksa terakhir jumlah pengunjungnya 953,334 views, hampir satu juta. Menurut hitungan kami besok atau lusa video tersebut akan mencapai satu juta karena angkanya terus melesat. Untuk diketahui video instrument tersebut hasil karya kami,”ulasnya.
Namun sayang kata Shafwan, pihaknya mendapat teguran dari pihak youtube karena menggunakan karya orang lain yang telah didaftarkan di tunecore. “Guna menghindari bermasalah dengan pihak youtube, akirnya kami matikan audio. Kami berharap ada kawan-kawan yang bisa membantu menegur akun yutube,”sesalnya sambil menunjukkan link yang disebut-sebut sebagai perompak online.
MATARAMRADIO.COM mencoba mengakses link yang dimaksud dan menemukan ada akun bernama Gli Gli Mangat Remix yang mempunyai sekitar 32.500 pelanggan. Dalam video musik yang diunggahnya, Gli Gli Mangat Remix memberi judul Roji Lagi Santuy. Ada juga keterangan di bawah link video yang menyebutkan bahwa video tersebut disedikan untuk Youtube oleh Tunecore. Joget Jaipong Roji Lagi Santuy Gudang Remix Indonesia dan dirilis pada 15 April 2019 oleh Youtube dalam kategori musik secara otomatis (auto generated).
Atas nasib naas yang dialaminya, Shafwan selaku Pengelola Akun Lombok Mirah mengharapkan para pihak khususnya Youtuber Lombok dan teman seprofesi untuk melaporkan perbuatan tidak etis dan tak menyenangkan oleh oknum perompak online ke pihak Youtube guna diberikan diskualifikasi. “Mengumpulkan penonton 900 ribu itu tidak gampang,”ketusnya.
Sebenarnya kasus serupa juga pernah dialami oleh banyak musisi Lombok terkait pembajakan karya lagu Sasak di dunia maya. Perusahaan rekaman lagu Sasak, Miru Production bahkan pernah menggugat perusahaan rekaman asal Malaysia, karena menggunakan karya-karya mereka di youtube tanpa izin. Salah satunya adalah videoklip Lagu Pengantin Burung (Gagal Jadi Penganten,red) yang dinyanyikan Erni Ayuningsih.”Kami menggugat. Ada mediasi dan mereka minta maaf dan siap bekerjasama. Selesai,”kata Yudhi Buster, Marketing Manager Miru Management.
Yudhi menyebutkan, produktivitas para pencipta lagu dan produser lagu Sasak tetap tinggi walaupun sempat menuai masalah terkait pembajakan lagu oleh oknum tidak bertanggung jawab, mulai pengusaha TV kabel lokal yang menyiarkan lagu produksi mereka tanpa mengantongi izin hak siar, termasuk juga oleh calo luar negeri yang nekat menjual master rekaman lagu Sasak ke pengusaha musik dari negeri Jiran Malaysia.
Terkait kasus pembajakan karya cipta lagu Sasak, pihak APRL bahkan menggelandang pelakunya ke pengadilan atas tuduhan pelanggaran hak cipta.
“Lebih dari 12 kasus karya cipta yang kami meja hijaukan berkaitan dengan pembajakan lagu Sasak dan pemutaran tanpa izin di TV Kabel, sekarang sudah tidak ada lagi,” jelasnya.
Adapun kasus pembajakan lagu Sasak oleh Insictech Musicland, perusahaan musik asal Malaysia, pihaknya juga telah melayangkan somasi dan bahkan gugatan kepada perusahaan tersebut atas kasus penyiaran dan pengedaran lagu Sasak untuk tujuan komersial tanpa izin.
”Kami memenangkan beberapa gugatan hak cipta dengan perusahaan ini (Insictech Musicland, red) berkaitan dengan konten youtube. Salah satu lagu yang kami menangkan adalah Penganten Burung (Gagal Jadi Pengantin, red),” kataYudhi Buster.
Menurut keterangan pihak Insictech Musicland, kata Yudhie, mereka membeli master lagu Penganten Burung dari calo lokal, bukan dibeli pada pemilik hak cipta yakni Berlian Production.
Pasca kasus tersebut, pihak Berlian Production dengan Insictech Musicland akhirnya bersepakat menjalin kerja sama untuk penyiaran lagu Sasak produksi Berlian Production yang telah memproduksi tidak kurang dari 200 album lagu Sasak berbagai genre dan versi.
Peredaran lagu Sasak di Malaysia tergolong sangat laris bak kacang goreng. Hal ini bisa dimaklumi mengingat jumlah warga Lombok yang berdomisili di negara itu mencapai puluhan ribu orang.
“Sekitar 60 000 lebih TKI/TKW kita adalah pasar produktif di luar negeri. Tentu saudara kita asal Lombok,” sebut Yudhi lagi.
Namun, nasib baik tidak semua dialami produser lagu Sasak. Salah satunya adalah Udayana Band Production AikDewa Pringgasela Lombok Timur yang album lagunya juga dibajak Insictech Musicland 10 tahun silam.
”Mereka produksi dalam jumlah besar, bahkan telah mendapat lisensi dari negara mereka.Padahal itu karya kami tanpa pernah minta izin untuk diperbanyak dan disebarluaskan secara komersial,” kata Sosiawan Putra, seniman sekaligus produser Udayana Band.(MRC-01)