MATARAMRADIO.COM – Berjualan cilok boleh jadi salah satu usaha yang banyak dilakoni orang saat ini. Tidak sedikit diantaranya justru, digeluti anak muda, tamat SMA. Mereka pun memilih tempat yang cukup banyak pengunjungnya seperti di Taman Kota Selong, Lombok Timur.
Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, Pribahasa ini bisa jadi ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kesetiaan para pedagang kaki lima yang berada di seputaran Taman Kota Selong.
Salah satunya adalah pedagang cilok yang jumlahnya cukup lumayan bahkan terbilang sangat menonjol dibandingkan pedagang lainnya di Taman Kota, tempat kongkow yang cukup ramai dikunjungi orang, terutama sore hingga malam hari.
Lokasi Taman Kota memang sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Masjid Raya Al Mujahidin Selong di sebelah barat dan Pendopo Bupati Lombok Timur di sebelah utara.
Ramainya Taman Kota Selong, tentu saja menjadi berkah bagi pedagang kaki lima untuk menjajakan beragam makanan dan minuman khas yang menjadi favorit pengunjung.
Beberapa penjual cilok yang sempat ditemui mataramradio.com mengaku telah lama berjualan di Taman Kota Selong. Ada yang menyebut telah berjualan cilok setahun terakhir. Ada pula yang bahkan telah berjualan hampir 7 tahun, merasa cocok dan nyaman melakoni usahanya sebagai penjual cilok.
Sebut saja Khairil, 20 tahun, Pemuda tamatan SMA asal Rumbuk Kecamatan Sakra yang mengaku sudah berjualan cilok hampir setahun lamanya dan selalu mangkal di pinggiran Taman Kota Selong.”Saya jualan Cilok untuk membantu meringankan beban ekonomi orang tua, Inak saya di rumah,”katanya.
Menurut Khairil, cilok yang dijual bukan dibuat sendiri, melainkan dia ambil dari pengusaha Cilok di Lombok Timur yang sudah terkenal memproduksi cilok.”Saya hanya mengambil upah saja dari berapa banyak cilok yang laku,”ungkapnya.
Besaran upah yang diterima antara Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu perkilogram.”Itu kalau lagi ramai pembelinya mas,”sebut Khairil yang mengaku tidak melanjutkan studinya di bangku kuliah karena tidak ada biaya.
Khairil mengaku menyukai pekerjaan sebagai penjual cilok. Dan semua dilakoni murni atas kemauan sendiri. Dia juga memilih berjualan di taman kota seperti banyak penjual yang lain karena lebih gampang dicari dan diburu pembeli.”Kami yang banyak jualan cilok ini bukan dari satu kelompok usaha. Kami jalan sendiri-sendiri, mandirilah, ya kebetulan saja ketemu di sini. Soal rezeki tuhan yang atur, jalani saja,”katanya percaya diri dan mengaku belum pernah dilarang oleh petugas terkait untuk berjualan cilok di Taman Kota Selong.
Namun Khairil tak menghendaki pemuda seusianya, mau juga ikut jejaknya jualan cilok.”Semoga Pemerintah memperhatikan kami pedagang kecil, dan membuka banyak pekerjaan lain agar tidak ada pemuda yang senasib dengan saya. Itu sajalah,”harapnya.
Lain Khairil, lain pula Bang Enong, 29 tahun asal Kembangsari Selong. Ia bersama isterinya mengaku sudah berjualan hampir 7 tahun di Taman Kota Selong. Selain jualan cilok dia juga jualan minuman ringan. “Alhamdulilah penghasilan berjualan di sini lumayan perbulan. Dari jualan cilok dan minuman ringan saya bisa dapat penghasilan rata-rata 3 jutaan. Saya usaha sendiri bukan ngambil dari orang seperti kebanyakan pedagang cilok lainnya”,ungkapnya. (MRC-05)
Sy jg pedagang cilok.berharap ada kuntribusi pihak-pihak dari instansi yang memakmurkan para pedagang cilok.minimal di perhtikan kesejahteraan pedagang
Jangan di abaikan dan di belakangi