Berburu Lailatul Qadar Lewat Dile Jojor

MATARAMRADIO.COM, Mataram – Lailatul Qadar, malam yang diyakini umat muslim memiliki keistimewaan karena siapa saja yang dapat beribadah di amalam.lailatul Qadar maka pahalanya lebih baik dari seribu bulan.

Dan untuk mengingatkan kemuliaan malam Lalilatul Qadar, umat muslim di Lombok memberi tanda dengan menyalakan Dile (Lampu) Jojor yang di taruh di depan rumah. “Biasanya dinyalakan saat malam-malam ganjilbdi sepuluh hari terakhir Ramadhan,” jelas Ani, penjual Dile Jojor yang ditemui Mataramradio.com di seputaran Taman Udayana Mataram, Minggu (24/4/22).
Menurut Ani, Dile jojor dibuat dari buah pohon jamplung atau Jarak yang diambil minyaknya dengan cara di tumbuk.
Setelah keluar minyak kemudian dioleskan ke kapas yang sudah dililitkan ke bilah bambu. Didiamkan beberapa hari hingga warna kapas berubah menjadi hitam.
Penggunaan Dile Jojor sebagai pengingat malam-malam ganjil, jelas Ani sudah dilakukan sejak lama.
“Ini sudah menjadi tradisi,” katanya.
Untuk penjualan Dile Jojor selama Ramadhan mengalami peningkatan dari 30 hingga 50 picis per hari.
“Setiap picis dijual lima ribu dan berisi 10 buah Dile Jojor” katanya.
Bunyamin, seorang pembeli Dile Jojor mengaku untuk saat ini, pemanfaatan Dile Jojor sebagai pengingat malam ganjil saat ramadhan sudah tidak tidak seperti dulu.
“Kalau dulu, setiap malam ganjil setiap rumah menyalakan Dile Jojor sekarang tidak lagi,” katanya. (MRC03)

BACA JUGA:  Kuatkan Mulok, Kamus Bahasa Sasak Harus Dibuat