Pada 14 April 1944, ledakan besar menghantam Pelabuhan Bombay. Ketakutan seketika merebak, jangan-jangan itu bom Jepang. Segera diketahui bahwa itu ternyata api yang meletup dari sebuah kapal yang penuh dengan muatan kapas, kayu, dan amunisi, yang menyandar di Pelabuhan Bombay.
Namun, karena besarnya api, hal itu dirasakan sebagai serangan bom. Ini adalah satu-satunya kerusakan yang diderita kota ini selama perang, yang , 500 orang, mencederai 2000 orang, dan menghancurkan banyak deretan kapal, bahan makanan, dan pertokoan.
Pada hari itu, Ketika Bombay mulai bangkit dari dukanya, seorang gadis berusia 14 tahun datang ke kota itu untuk pertama kalinya. Beberapa tahun kemudian, sang gadis, yang kini adalah seorang perempuan kaya dan terkenal, akan mengenang, “Aku datang ke Bombay pada 14 April 1944. Pada hari itu, ada ledakan besar di pelabuhan Bombay. Aku tinggal di Girgaum. Di sana, aku dihantam malaria. Aku dirawat oleh Nyonya Pendse, seorang ¹tetangga.”
Perempuan yang menulis kenangan itu adalah Lata Mangeshkar. Ketika ia menulis otobiografinya, ia bahkan menyebabkan ledakan yang lebih besar di Bollywood, meskipun kali ini jelas-jelas lebih disambut baik dan satu hal yang efeknya masih terus dirasakan di sinema India dan yang, dalam berbagai cara, mendefinisikan dunia yang sangat istimewa bernama Bollywood.
Tak ada di Hollywood atau, katakanlah, di sejarah sinema dunia, yang bisa dibandingkan dengan Lata atas alasan sederhana bahwa tak ada yang sejenis penyanyi latar yang membentuk pondasi Bollywood. Namun, bahkan di dunia penyanyi latar Bollywood, yang memproduksi sejumlah bintang laki-laki dan perempuan dengan kualitas terkecualikan, Lata tetap menjadi fenomena yang luar biasa. Pasca-1947, yang merupakan akhir dari sebuah era ketika para aktor dan aktris juga menyanyi, muncul sejumlah penyanyi latar laki-laki berbakat, yang kesemuanya ingin meniru Saigal. Jumlah ini mencakup tiga besar laki-laki yang mendominasi industri film antara 1950 hingga 1980: Mohammed Rai, Mukesh, dan Talat Mehmood. Kishore Kumar, bakat luar biasa lainnya, lebih dari sekadar seorang penyanyi. Namun Lata nyaris sendirian di antara penyanyi latar perempuan, dan satu-satunya pesaingnya adalah adiknya sendiri, Asha, empat tahun lebih muda darinya. Dominasi Lata pada tangga lagu Binaca Geet Mala menggambarkan hal ini. Dari 1953 hingga 1980, lebih dari periode tigapuluh tujuh tahun, sebelas penyanyi latar berbagi posisi puncak. Dari sebelas, tujuh adalah laki-laki, dan empat perempuan. Lata, baik sendiri maupun jadi bagian dari duo bersama penyanyi laki-laki, punya sepuluh hit lagu; Asha, pesaingnya terdekat, punya empat lagu. Sebagaimana yang orang India bilang, hanya ada satu Lata. Lata tak ada padanannya dan mendefinisikan gaya sinema Bollywood yang sangat berbeda. Pada 1986, ketika India Today merilis survei untuk mengetahui siapa yang berhak atas penghargaan Padma Bhushan (penghargaan tinggi yang dianugerahkan oleh negara) untuk Seni dan Budaya, para pembaca penempatkan Lata sebagai yang pertama, disusul Raj Kapoor, Amitabh Bachchan, pengarang R.K. Narayan, penari Mrinalini Sarabhai, penyanyi Bhimsen Joshi dan pelukis M.F. Hussain. Lata akhirnya mendapatkan penghargaan tersebut, juga berbagai penghargaan lainnya, termasuk penghargaan tertinggi India, Bharat Ratna pada 2001.
Lata yang datang di Bombay pada hari terjadinya ledakan tersebut, tak pernah membayangkan sukses yang kelak diraihnya, bahkan juga tak membayangkan menjadi penyanyi—sebab, saat itu, ia juga seorang aktris. Ya, saat itu ia berakting di lebih banyak film dibanding ia menyanyi. Ia datang ke Bombay untuk mencari kerja, yang sangat dibutuhkannya agar ia dan enam anggota keluarganya (tiga saudara perempuan dan satu saudara laki-laki, kesemuanya lebih muda darinya, dan ibunya) tetap hidup. Dua tahun sebelumnya, pada usia duabelas, ia telah menjadi tulang-punggung keluarga setelah ayahnya, Dinanath Mangeshkar, meninggal.
Kisah Lata adalah kisah klasik Bollywood tentang gadis yang tak menikah, menangguk sukses besar, namun selalu mempersembahkan segalanya kepada mendiang ayahnya.
Ada kisah yang dituturkan ketika Lata berusia sembilan tahun. Suatu pagi, Dinanath, seorang penyanyi klasik India, sedang mengajar beberapa muridnya menyanyi. Ia bilang kepada murid-muridnya, “Aku akan ke belakang dan balik lagi, kalian terus saja menyanyi.” Ketika sang ayah sedang di kamar mandi, Lata keluar dan mengatakan kepada murid-murid itu, “Bukan begitu cara Baba mengajari kalian menyanyi; begini caranya.” Dan ia kemudian mendemonstrasikannya. Dinanath buru-buru keluar dari kamar mandi, hanya dengan berbalut handuk saja, dan berkata kepada istrinya, “Anak gadismu luar biasa; dan ia akan menyandang namaku. Kamu akan melupakanku. Kamu hanya akan mengingatku sebagai ayah Lata Mangeshkar.”
Boleh jadi kisah itu sudah dibumbui karena terus-terusan dituturkan, namun Lata, dan saudara perempuannya, senantiasa memperingati hari kelahiran ayahnya. Di ruangan Puja-nya, Lata memasang potret ayahnya, dan ketika ia mendirikan sebuah rumah sakit di Pune, ia menamainya Dinanath; sang putri memberikan penghormatann kepada ayah yang mengajarinya menyanyi, namun tak pernah menyaksikan dirinya menjadikan nama keluarganya menjadi “legenda”, kata Inggris yang dipakai orang India mendeskripsikannya.
Keluarga Mangeshkar tak selalu miskin papa; sejarah mereka cukup berwarna, yang mencerminkan sejarah India. Ada yang mengatakan bahwa mereka tak seharusnya menyebut diri sebagai keluarga Mangeshkar sama sekali. Nenek moyang keluarga Mangeshkar datang dari Somnath, yang mana mereka adalah devdasi, musisi dan penari kuil, yang saat itu merupakan daerah yang paling kaya di India. Kemakmuran itu mengundang penguasa Muslim, Mohammed dari Ghazni, yang punya kebiasaan setiap musim dingin menjarah India. Ia menyerbu India setiap tahun selama enambelas tahun di awal abad kesebelas. Kisah dimulai setelah Mohammed Ghazni menjarah kuil tersebut, dan segala harta kekayaannya, nenek-moyang Lata melarikan diri dari Somnath ke arah selatan dan menetap di Goa, di sebuah tempat bernama Mangesh, di mana ada sebuah kuil Siva bernama Mangeshi. Di situ keluarga itu meneruskan tugasnya sebagai devdasi. Dari sinilah keluarga itu mendapatkan nama Mangeshkar. Meski demikian, ada beberapa bukti bahwa nama keluarga mereka seharusnya Abhishekar. Dinanath adalah seorang anak tidak sah, dan ada satu keluarga Abhisheki di Mangesh, yang dengan mereka Lata dan keluarganya senantiasa menjalin hubungan erat; Jitendra Abhisheki adalah seorang penyanyi klasik yang disegani.
Lata selalu berhati-hati terkait asal-usulnya. Dan di otobiografinya, yang ditulis dalam bahasa Marathi, bahasa asalnya, hal itu sama sekali tak disebut-sebut.
Dinanath si anak haram pada awalnya mesti mengalami banyak halangan, namun ia kemudian sukses menjadi seorang penyanyi klasik dan memantapkan namanya dengan caranya sendiri. Keluarga itu kemudian pindah ke Indore, tempat di mana Lata lahir, Dinanath menikahi seorang perempuan Gujarati bernama Shevanti. Dinanath menyanyi untuk keluarga bangsawan Holkar, dan inilah yang memperkenalkan Lata kepada beberapa pemain kriket paling hebat di India, termasuk di dalamnya C.K. Nayaudu, kapten Tes pertama India. Ia membangun ketertarikan yang besar dengan permainan itu dan persahabatan yang karib dengan Raj Singh, seorang bekas pemain dan sekarang menjadi orang penting dalam kepengurusan olahraga kriket di India.
Lata tak pernah menikah. Meski gosip Bollywood menyebutkan bahwa Raj Singh dan Lata lebih dari sekadar teman, Raj Sing selalu membantah rumor tersebut, dengan mengatakan bahwa kedekatan mereka sepenuhnya platonik.
*Diterjemahkan dari “Bollywood: A History”, karya Mihir bose, 2006 (Lotus Collection, New Delhi)