Perang Topat, Simbol Kerukunan Umat Beragama

MATARAMRADIO.COM – Kamis, 4 Desember 2025 prosesi budaya perang topat (ketupat ) di gelar di Pura Kemaliq Lingsar Kabupaten Lombok Barat.


Perang Topat dimulai sekitar pukul 17.30 hingga 17. 45 WITA. Dimana, umat Islam Sasak dan umat Hindu saling lempar topat.

Namun, lemparan ini bukan untuk menyakiti tapi saling memberi umpan dan lemparannya diarahkan ke atas sehingga ketika turun seperti hujan.

BACA JUGA:  107 Kantong Darah Terkumpul di Hari Kanker Anak


Saat turun, Topat itu menjadi rebutan warga hingga tak jarang Topat terinjak dan rusak namun, warga tetap mengambilnya.


“Topat bisa digantung di pohon atau ditanam ditanah,” ucap Rusni warga Gegelang Lombok Barat.


Menurutnya, Topat yang digantung di pohon n atau ditanam di tanah akan berdampak pada kesuburan tanah sehingga hasilnya melimpah.


“Tahun kemarin kita dapat terus ditanam, banyak buahnya,” katanya.

BACA JUGA:  Pemkot Mataram Mengkaji Usulan Pengadaan Mesin Anjungan Dukcapil Mandiri


Dari pantauan di lapangan, sebelum dilaksanakan perang Topat, umat Hindu melaksanakan sembahyang Pujawali sebagai wujud syukur dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa selain untuk memperingati hari kelahiran atau hari suci sebuah pura.


Setelah itu, mereka akan turun dari pura dan bersiap menyambut Perang Topat dengan melihat kesiapan umat Islam dalam menyambut prosesi Perang Topat

BACA JUGA:  Ilmu Komunikasi Akan Terus Tumbuh dan Berkembang


Kemudian, setelah kedua kubu siap, maka peluit sebagai tanda dimulainya perang Topat. Dan bunyi peluit pula yang mengakhiri perang Topat setelah berjalan sekitar 15 – 20 menit.


Menurut I Putu Agus Santana, Perang Topat menjadi simbol kerukunan umat beragama yakni antara umat muslim dan umat Hindu di Lombok.


“Kita perang tapi menggunakan Topat. Itu simbol kerukunan,” katanya.***