Imam Al-Ghazali: Bapak Tasawuf Modern dan Penulis Ihya Ulumuddin

Imam Al-Ghazali, Bapak Tasawuf Modern dan penulis Ihya Ulumuddin, dikenal sebagai pembaru iman serta tokoh besar Islam yang warisannya abadi.

Ia dijuluki sebagai Bapak Tasawuf Modern karena pemikirannya yang memadukan ilmu syariat dengan dimensi spiritual. Salah satu karya terkenalnya, Ihya Ulumuddin, hingga kini menjadi rujukan penting dalam kajian keislaman.


Sejak muda, Imam Al-Ghazali dikenal sangat mencintai ilmu. Ia mendalami tafsir Al-Qur’an, hadis, filsafat, hingga ilmu kalam. Banyak sejarawan menempatkannya sebagai seorang Mujaddid, yaitu pembaru iman yang hadir setiap abad untuk memperkuat keyakinan umat Islam.

BACA JUGA:  Bono: Vokalis U2, Aktivis Kemanusiaan, dan Ikon Musik Dunia


Lahir pada tahun 1058 di Thus, Iran, Imam Al-Ghazali tumbuh sebagai anak yatim. Sejak kecil ia sudah belajar agama dari Ahmad bin Muhammad Razkafi, lalu melanjutkan pendidikannya hingga menjadi murid Imam Haramain di Naisabur. Perjalanan intelektualnya juga membawanya ke Mekkah, Madinah, Mesir, dan Yerusalem. Karena kecerdasan dan wibawanya, pada 1092 ia diangkat menjadi rektor Madrasah Nizhamiyah di Baghdad.

BACA JUGA:  Arnold Schwarzenegger: Dari Binaragawan Gagah, Bintang Film, Sampai Kursi Gubernur!


Dalam bidang tasawuf, Imam Al-Ghazali mengajarkan lima tahapan penting menuju jalan spiritual, yaitu taubat, sabar, fakir, zuhud, dan tawakal. Setelah itu seorang muslim dituntut mencapai makrifat, yakni pengetahuan tentang Allah SWT yang murni tanpa keraguan. Menurutnya, tujuan akhir dari ilmu dan amal adalah kebahagiaan sejati yang didapat dengan hati bersih dan kedekatan kepada Allah SWT.


Di masa senjanya, Imam Al-Ghazali kembali ke kampung halamannya di Thus. Ia mendirikan sekolah, mengajar murid-murid, membaca Al-Qur’an, dan beribadah hingga akhir hayatnya. Tokoh besar ini wafat pada tahun 1111 dalam usia 58 tahun.

BACA JUGA:  Umar bin Khattab: Sang Khalifah Adil dan Penuh Keberanian


Warisan pemikiran Imam Al-Ghazali sangat luas. Beberapa karya besarnya selain Ihya Ulumuddin adalah Al-Munqidh min al-Dalal, Minhaj al-‘Abidin, Tahafut al-Falasifa, dan Maqasid al-Falasifa. Hingga kini, gagasan dan karya Imam Al-Ghazali tetap menjadi pijakan penting bagi para ulama, cendekiawan, dan pecinta ilmu di seluruh dunia Islam. ***