Animal Spirits

Adam Smith, Bapak Ilmu Ekonomi; dalam karyanya “Wealth of Nations” yang diterbitkan pada tahun 1776 mengajarkan bahwa kemakmuran dapat terjadi sejauh individu diberikan kebebasan bersaing untuk mengatur kehidupan ekonominya.

Semua aktivitas ekonomi akan berjalan sesuai dengan hukum alam; keseimbangan akan selalu terjadi sehingga permintaan akan selalu sama dengan penawaran. Dalam pada itu, ada tangan yang tak tampak (“invisible hand”) yang memiliki kemampuan mengatur kehidupan ekonomi. Disisi lain, pemerintah tidak perlu campur tangan dalam perekonomian. Karena setiap individu bebas untuk bersaing mengejar kepentingan sendirinya sebanyak mungkin hingga tanpa batas, maka dalam kehidupan ekonomi seorang individu akan menjadi pemangsa bagi individu lainnya. 


      Sifat individu yang saling memangsa antara satu individu dengan individu lainnya dalam kehidupan ekonomi sebagaimana diajarkan Adam Smith merupakan kerakusan dan keserakahan yang oleh John Maynard Keynes disebut “sifat hewan” atau animal spirits. Dalam pada itu, istilah animal spirits tersebut dikemukakan John Maynard Keynes dalam karyanya “General Theory of Employment, Interest, and Money” yang diterbitkan pada tahun 1936. Dalam pada itu, menurut George Akerlof dan Robert Shiller (2009) bahwa animal spirits merupakan faktor non ekonomi, penyebab terjadinya gejolak ekonomi berupa krisis ekonomi seperti depresi ekonomi dunia pada tahun 1930-an, krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998, krisis ekonomi di Jepang pada tahun 1990-an, krisis ekonomi di Argentina pada tahun 2001, dan krisis “subprime mortgage” di Amerika Serikat pada tahun 2008.      


      Hal tersebut dikemukakan oleh George Akerlof dan Robert Shiller (2009) dalam karyanya “Animal Spirits” yang diterbitkan oleh Princeton University Press. George Akerlof adalah Profesor Ekonomi di Universitas California, Berkeley dan peraih nobel ekonomi pada tahun 2001. Sementara Robert Shiller adalah Profesor Ekonomi di Cowles Foundation for Research in Economics dan peraih nobel ekonomi pada tahun 2013. Selain itu, Robert Shiller juga Profesor Keuangan di Universitas Yale. Lebih jauh George Akerlof dan Robert Shiller (2009) menyatakan bahwa Adam Smith dengan konsep “invisible hand” memandang tidak perlunya campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Sedangkan Keynes dengan konsep “animal spirit” memandang perlunya campur tangan pemerintah. 


      Dalam pada itu, campur tangan pemerintah yang dimaksud Keynes yakni tetap membebaskan individu untuk bersaing dalam mengatur kehidupannya sampai batas tertentu (bukan tanpa batas) dan untuk itu diperlukan proteksi agar setiap individu tidak terjebak dalam animal spirits. Dalam konteks ekonomi islam, puasa atau “shiyam/shaum” merupakan instrumen untuk menahan atau mengendalikan diri agar tidak terjebak dalam animal spirits. Kewajiban berpuasa dalam Al-Quran disebutkan dalam surat Al-Baqarah (2:183).

BACA JUGA:  ORANG SASAK SAKIT (Renungan di Sabit Pertama)

Menurut Quraish Shihab (1996) dalam karyanya “Wawasan Al-Quran” bahwa kata “shiyam” dalam Al-Quran disebutkan sebanyak delapan kali dan kata “shaum” disebutkan hanya satu kali. Baik kata shiyam maupun shaum berasal dari akar kata yang sama yaitu “sha-wa-ma” yang berarti menahan atau mengendalikan diri. 

  Setiap orang yang menahan diri dari suatu aktivitas-apapun aktivitas itu-dinamakan “shaim” (berpuasa). Lebih jauh Quraish Shihab (1996) menyatakan bahwa dalam hukum syariat, puasa dimaknai sebagai menahan diri dari makan, minum, dan berjimak sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Dalam pengertian sufistik puasa mencakup pembatasan atas anggota seluruh tubuh bahkan hati dan pikiran dari melakukan segala macam dosa. Disisi lain, menurut Nasib Ar-Rifai (2011) bahwa puasa meningkatkan penyembuhan terhadap sifat rakus dan kesombongan manusia yang awalnya telah diobati dengan sholat melalui ruku dan sujud. Dengan berpuasa pada bulan Ramadhan 1443 H ini, semoga kita terbebas dari jebakan animal spirits.  

BACA JUGA:  Nestapa Kuburan di Durjana KEK Mandalika