Jaga Stabilitas Harga: Indonesia Impor Gula, Daging Sapi dan Bawang Putih

MATARAMRADIO.COM – Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyatakan sudah menerbitkan izin impor sejumlah barang pangan, untuk menjamin pasokan dan menjaga stabilitas harganya.

Salah satunya, izin impor untuk gula. Mendag tidak bersedia menyebutkan besarannya, namun ia menegaskan bahwa izin impor gula yang diterbitkannya untuk jumlah yang lebih dari cukup.
“Impor gula, izinnya sudah saya keluarkan, itu akan menjadi cukup. Lebih dari cukup untuk memastikan kalau terjadi kenaikan harga, kita punya stok yang cukup untuk kepentingan nasional,” kata Mendag dalam keterangan persnya, Selasa (18/1).

Komoditas pangan lainnya yang izin impornya juga sudah diterbitkan Kemendag adalah impor daging sapi.
“Saya tidak bisa menyebutkan jumlahnya, karena di pasar internasional harganya sedang ketat. Tapi saya pastikan semua izinnya sudah keluar, sudah di market, dan sudah siap untuk masuk ke pasar dalam negeri,” ujar Mendag.

BACA JUGA:  Wow! Jumlah Kasus Positif Korona di NTB Tembus 789 Orang

Beberapa komoditas impor yang sudah keluar izinnya, lanjut Mendag, barangnya akan sampai di pelabuhan Indonesia minggu depan hingga minggu terakhir bulan Januari 2022. “Kita sudah siap, dan sudah lengkap angka-angkanya,” tukas Mendag dilansir RRI.co.id.

Sedangkan untuk impor bawang putih, Mendag memperkirakan di tahun ini sebanyak 500 ribu ton.
“Seperti kita tahu, 95 persen bawang putih di Indonesia itu impor. Tahun lalu Kementerian Pertanian menerbitkan izin impor sebesar 864 ribu ton, yang kita keluarkan di Kementerian Perdagangan hanya 600 ribu, dan realisasinya tidak lebih dari 475 ribu ton. Jadi biasanya kinta memang mengimpor bawang putih sebanyak 500 ribu ton,” jelas Mendag.
Upaya pengendalian harga pangan yang kebanyakan masuk dalam volatile food (harga pangan yang mudah bergejolak) menjadi penting, karena volatile food memberikan kontribusi yang cukup besar, yaitu 16 persen pada keseluruhan inflasi. 

BACA JUGA:  Radio TV di NTB Dinilai Masih Minim Program Edukasi Covid 19

Di tahun 2021, laju inflasi menurut data BPS sebesar 1,87 persen, terdiri dari inflasi inti sebesar 1,04 persen, inflasi volatile food sebesar 0,52 persen, dan inflasi dari harga yang diatur pemerintah (administered price) sebesar 0,3 persen.

Dalam keterangan pers bersama Mendag Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Mohamad Ikhsan menekankan pentingnya pemerintah menjaga sisi produksi dan rantai pasok, untuk mengendalikan inflasi harga pangan bergejolak.
“PR Menteri Perdagangan kan jaga supply chain. Jadi begitu pasokan di dalam negeri tidak ada, ya bukan kran impor agar stok di dalam negeri mencukupi,” ujarnya.

BACA JUGA:  Menaker: Ada Denda dan Sanksi Bagi Perusahaan Tak Bayar THR Karyawan

Mohamad Ikhsan mengingatkan untuk mewaspadai kenaikan laju inflasi di triwulan I tahun ini. Termasuk inflasi dari volatile food, karena beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan di akhir tahun 2021 kemarin.
“Sebagian disebabkan karena harga komoditas seperti minyak goreng. Tapi kondisi cuaca juga menjadi salah satu faktor yang akan menentukan laju inflasi. Hujan yang terjadi sejak bulan Desember dan akan berlanjut hingga Februari. Ini perlu diwaspadai, terutama untuk volatile food di triwulan I,” pungkas Ikhsan. (EditorMRC)