Dirjen KSDAE : Konservasi SDA Gunung Rinjani Harus Melibatkan Masyarakat Adat

MATARAMRADIO.COM, Lombok Utara – Direktur Jenderal Konservasi, Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementrian KLH, Wiratno menyatakan konservasi lingkungan hidup khususnya kawasan hutan serta sumber daya alam di areal pegunungan mesti berbasis adat dan budaya sehingga keterlibatan masyarakat adat menjadi keharusan.

“Pelestarian hutan dan konservasi sumber daya alam termasuk di kawasan Gunung Rinjani mesti berbasis budaya dan adat sehingga keterlibatan masyarakat adat dikedepankan,” kata Wiratno saat acara Tradisi Adat Sasak, ‘Asuh Gunung Rinjani’ yang dimotori Laskar Sasak Lombok di Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Senin (22/2/21).
Menurut Wiratno, saat ini sedikitnya ada 14 daerah berbasis desa yang berkomitmen menggunakan adat dan budaya sebagai bagian dari konservasi dan pelestarian lingkungan hidup.
“Desa Senaru bisa menjadi bagian dari 14 daerah konservasi yang melibatkan masyarakat adat untuk pelestarian lingkungan. Model ini bisa menjadi solusi bagi penyelesaian problem bangsa tidak hanya soal pelestarian lingkungan,” tegas Wiratno.
Ketua Harian Laskar Sasak, Lalu Sofyan Hadi menjelaskan ritual adat Asuh Gunung Rinjani merupakan rangkaian program Lombok Mercusuar yang dideklarasikan pada awal Oktober 2020.
“Awal Februari 2021, ada 2 acara yang dimotori Laskar Sasak, pertama Ritual Nyentulak, doa tolak balak di Desa Biluk Petung, Kecamatan Sembalun Lombok Timur serta Pengukuhan Pemangku Hutan di Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara pada 1 Februari 2021i,” ungkap Miq Sofyan, panggilan dari Lalu Sofyan Hadi.
Pembina Laskar Sasak yang juga Kepala Badan Intelejen Negara Daerah (Kabinda) NTB, Wahyudi Adi Siswanto menyatakan pulau Lombok memiliki energi luar biasa sejak masa lalu saat Gunung Rinjani bernama Gunung Samalas.
“Gunung Rinjani kuno atau yang dikenal Gunung Samalas meletus pada 1257 masehi. Letusannya berdampak buruk hingga daratan eropa. Hasil letusan Gunung Samalas kini menjadi Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak. Artinya, Lombok dan Rinjani memiliki energi yang luar biasa sehingga perlu dikelola untuk hal-hal positif,” kata Wahyudi.
Secara khusus, Wahyudi menyatakan manusia seharusnya mengedepankan relasi yang berdasarkan pada konsep trilogi.
“Konsepsi trilogi dalam kehidupan manusia berupa hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam. Semua konsepsi trilogi mendasarkan aturanya pada agama, adat dan budaya. Dalam semua itu, yang menjadi dasarnya adalah kasih sayang,” tegas Wahyudi.
Adat Sasak, lanjut Wahyudi, telah mengimplementasikan konsepsi trilogi dalam kehidupan sehari-hari dan sangat nyata termasuk dalam acara Ritual Asuh Gunung Rinjani ini.
“Lombok bila dilihat dalam deretan pulau-pulau nusantara merupakan titik tengah pada busur rangkaian kepulauan, sehingga dengan Lombok Mercusuar yang bertemakan membumikan nasionalisme dari Bumi Lombok yang mendepankan adat dan budaya bisa menjadi raw model secara nasional kedepannya,” kata Wahyudi.(Laskar Sasak/MRC)

BACA JUGA:  OPD Agar Perbaiki Model Komunikasi Lebih Milenial