MATARAMRADIO.COM, Mataram – Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun. Insan pers NTB kembali berduka. Lalu Ahmad JD atau akrab disapa Ahmad JD meninggal dunia pada Kamis (11/6) Pkl. 16.45 Wita di Kediamannya Lingkungan Monjok Mataram dalam usia sekitar 80 tahun.
Kepergian almarhum meninggalkan duka dan kesan mendalam bagi banyak kalangan. Tidak saja keluarga dekat, tetapi kalangan birokrat, tokoh budaya, tokoh agama dan tentu saja kalangan wartawan khususnya wartawan senior NTB.
Banyak yang memberi kesaksian dan pengakuan atas integritas dan loyalitas Ahmad JD sebagai jurnalis profesional di zamannya.
Sebut saja kesaksian Buyung Sutan Muhlis, penulis dan jurnalis senior NTB. “Ahmad JD, nama Wartawan Toaq ini, beberapa kali pernah bersama kami, wartawan-wartawan yang belum sepertiga umur dibanding usianya, di akhir 90an,”tulis Buyung Sutan Muhlis di akun facebooknya.
Buyung bertutur bagaiamana Ahmad JD mengendarai sepeda ontel, menyandarkannya di depan pagar kantor redaksi di Karang Jangkong, Mataram. “Begitu ia datang, kami bisa berjam-jam berdiskusi. Ia tak memanggil nama kami, tapi menyebut inisial yang kami gunakan dalam setiap laporan jurnalistik,”ulasnya.
Buyung kerap takjub, setiap ia bicara tentang apa saja kejadian di Lombok di masa silam. Penuturan Ahmad JD begitu akurat. Ia tak hanya tahu tentang masa-masa pemerintahan di NTB sejak bergabung dengan pemerintahan republik. Ia pun dengan detil mengisahkan riwayat pohon-pohon kenari tua yang tumbuh di sepanjang jalan protokol.
Kata Buyung, di akhir tahun 60an, Ahmad JD pernah membuat geram HR Wasita Kusumah, saat sejumlah wartawan mengerubutinya. Sampai tentara infanteri yang menjabat Gubernur NTB setelah Ruslan Tjakraningrat ini menempelengnya. “Gubernur marah karena saya mewancarainya sambil makan kacang,”papar Buyung mengutip cerita Ahmad JD yang dikena sebagai kontributor beberapa radio internasional ini.
Diungkapkan Buyung, hampir di setiap acara bertema kebudayaan, dirinya bertemu Ahmad JD. “Ia sering dijadikan nara sumber. Terakhir kali saya bertemu dengannya di Taman Budaya NTB, dalam sebuah diskusi pasca gempa Lombok 2018,”kenangnya lagi.
Buyung mengaku kaget kala menerima kabar duka sosok jurnalis yang disebut sebagai Perpustakaan berjalan.”Kabar duka itu datang. Senior kami, saksi sejarah, dan “perpustakaan berjalan” itu pergi untuk selama-lamanya. Berjam-jam saya termenung mengenang lelaki yang selalu berkopiah itu. Terbayang pula senyumnya yang sinis hampir di setiap topik pembicaraan. Ia tak pernah menanggapi apa pun yang terjadi di alam fana dengan mulut berdecak. Semuanya biasa-biasa saja baginya. Tidak ada yang luar biasa.
Dan kini pun saya mencoba meniru sikapnya itu, ketika merespon kepergiannya. Tetapi saya tak mampu. Saya tetap berduka, dan merasa kehilangan. Selamat jalan, Wartawan Toaq!”imbuhnya.
Ungkapan belasungkawa dan testimoni juga disampaikan H Bochri Rahman SH, wartawan senior yang pernah menjadi Kepala pemberitaan sejumlah RRI daerah dan RRI Pusat semasa masih aktif sebagai PNS.
H Bochri punya kesan tersendiri dengan almarhum Ahmad JD selaku sesama jurnalis senior. “Teman-teman Wartawan TOAK sangat menghormati Lalu Ahmad JD bukan saja karena usianya paling tua tetapi juga karena beliau sangat peduli dengan setiap kegiatan Wartawan TOAK dan sangat memahami keberagaman,”tulis H Bochri Rahman di akun FBnya.
Disebutkan, perhatian Ahmad JD terhadap teman teman jurnalis patut dicontoh sebab tidak membedakan antara wartawan pemula dan yang senior. “Satu catatan , beliau angkat topi kepada teman teman wartawan yang tetap menjunjung tinggi integritas,”tuturnya.
Salah satu kegiatan terakhir almarhum bersama teman teman Wartawan TOAK dan PWI NTB, kata H Bochri adalah mengikuti penebaran bibit ikan untuk masyarakat melalui Gerakan Sejuta Bibit Ikan GSBI di Desa Tetebatu Selatan Lombok Timur 1 Maret 2020. Seperti biasa walau usia lebih 80 tahun tetap semangat . Dengan bertongkat beliau turun ke sungai menebar bibit ikan.”Kisah dan pengalaman para wartawan NTB dimasa lalu memang perlu didokumentasikan dalam sebuah buku seperti diusulkan teman kita ,”ujarnya mengamini usulan penerbitan buku profil wartawan senior NTB.
Almarhum Ahmad JD rencananya akan dikebumikan di Kampung Halamannya, Pekuburan Umum Embung Papak Selong Lombok Timur, Jumat (12/6) ba’da Shalat Ashar. (Editor MRC)