Hasil Survei Terbaru OMI Institut: ZulUhel Unggul 51,2 Persen Head to Head dengan Iqbal Dinda

Dalam survei OMI Institut yang dilaksanakan pada Juli 2024, salah satu pertanyaan yang dilontarkan kepada responden adalah, jika pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB periode 2024-2029 dilaksanakan hari ini? Siapakah yang akan anda pilih?

Responden diminta untuk memilih salah satu dari dua pilihan yakni Zul-Suhaili, Iqbal-Dinda dan Belum bersikap.

Hasilnya ternyata sangat mengejutkan, karena pasangan Bang Abah Zul-Suhaili meraih elektabiltas mencapai 51,2 Persen. Sedangkan rivalnya Iqbal Dinda hanya meraih 22,1 Persen. Sisanya 26,7% belum bersikap.

BACA JUGA:  KPU Lobar: Media Massa Mitra Strategis Sukseskan Pemilu 2024

Pada simulasi ini, sekalipun pasangan Gita Sukiman dan Rohmi Firin dihilangkan, pasangan Zul-Suhaili alias Bang Abah masih tetap memiliki tingkat keterpilihan tertinggi pada Juli 2024 dengan selisih 29, 1% dibandingkan pasangan Iqbal-Dinda.

Pihak OMI Institut mengindikasikan pemilih Gita Sukiman dan Rohmi Firin tersebar kepada kedua bakal calon hingga belum menentukan sikap, namun OMI Institut menyebut pemilih paling besar berpindah ke pasangan Zul-Suhaili.

Direktur Eksekutif MY Institut Miftahul Arzaki S.Ikom MA membenarkan hasil survei yang berebar di media sosial, meskipun belum dilakukan rilis resmi hasil survei terbaru OMI Institut.

“Memang benar itu hasil survei OMI Namun secara detail dalam waktu dekat akan kita rilis, setelah kepastian apakah Rohmi Firin masuk atau tidak sebagai kontestan Pilgub NTB,” katanya seperti dilansir dari ASLINEWS.ID, Jumat, 2 Agustus 2024.

Fenomena Bandwagon Effect Pilkada NTB

Pengamat Kebijakan Publik NTB Ir Lalu Muh Kabul MAP mencermati fenomena bandwagon effect dalam Pilkada NTB 2024.

BACA JUGA:  Safari Ke Lombok, Nyai Djuwairiyah Fawaid Ajak Menangkan AMIN

Dia menyebut “bandwagon effect” sebagai perilaku pemilih dalam memilih kandidat yang memiliki elektabilitas tinggi berdasarkan hasil survei jejak pendapat atau “polling” yang dilakukan oleh lembaga survei.

Menurutnya, dalam polling dimana kandidat dengan elektabilitas tinggi itulah yang diprediksi cenderung menang.
Disisi lain, kata Kabul, bandwagen effect menimbulkan fenomena psikologi massa yakni mayoritas pemilih mengikuti pemilih yang menjatuhkannya pilihannya pada kandidat yang memiliki elektabilitas tinggi.


“Dalam pada itu, publik akan memilih kandidat yang tampaknya memiliki keterpilihan atau elektabilitas, tinggi karena mereka ingin menjadi bagian dari mayoritas pemilih,”pungkasnya.


Lebih lanjut dipaparkan, fenomena ”bandwagon effect” ini dalam Pilkada 2024 di NTB akan terjadi pada dua tahapan pemilihan.
Pertama, sebelum pemilihan berlangsung yakni ketika pasangan kandidat mencari gabungan partai politik pengusung guna memenuhi ambang batas pencalonan yang dipersyaratkan untuk mendaftar ke KPUD.

BACA JUGA:  Ketua DPR Kecam Keberadaan Kapal Perang China di Laut Natuna Utara


Dalam konteks “bandwagon effect”, tentunya parpol atau gabungan parpol bakal mendukung pasangan kandidat yang memiliki elektabilitas tinggi.


Tahapan “pre election” ini bakal berlangsung hingga pendaftaran pasangan kandidat ke KPUD pada tanggal 27 Agustus 2024 sampai 29 Agustus 2024.


Kedua, selama pemilihan berlangsung yakni sejak penetapan pasangan kandidat pada tanggal 27 September 2024 hingga pelaksanaan pemungutan suara pada tanggal 27 November 2024.


Pada tahapan “pre election” berdasarkan skenario “bandwagon effect”, katanya, seharusnya terjadi “Head to Head” pasangan kandidat Zul-Uhel dan Rohmi-Firin karena kedua pasangan kandidat inilah yang memiliki elektabilitas tinggi berdasarkan “polling” dari berbagai lembaga survei.


“Dalam dinamika politik, justru terjadi anomali dimana pasangan kandidat Iqbal-Dinda yang tidak banyak diunggulkan berdasarkan hasil survei berpeluang “Head to Head” dengan pasangan kandidat Zul-Uhel,”pungkas Kabul. (editorMRC)