Masjid Kuno Sedau, tidak Mau Atap Genteng dan Seng


Salah satunya masjid kuno Sedau yang berada di Repuk Lauk atau Sedau Timur Desa Pemepek Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah yang dibangun pada 1924.


Masjid yang diprakarsai oleh keliang Papuq Ilah dan Penghulu Papuq Kebot ini dibuat mengikuti struktur masjid kuno dengan atap tumpang dan bahan dari kayu..


“Dulu, penutup kelilingnya, bagian bawah dan atas terbuat dari kayu hanya di bagian tengahnya Cerancang. Ada ukiran kembang-kembang tapi semua di rusak,” jelas tetua Sedau Timur, Leman, Minggu 9 Juni 2024.

BACA JUGA:  Dua Bocah Tewas di Kolam Renang


Menurut Leman pembangunan masjid kuno Sedau memakan waktu sekitar satu tahun dengan tukang dari Lingsar.


Saat awal selesainya masjid dibangun, jelas Leman hanya para kyai yang melaksanakan sholat. Itupun hanya pada waktu tertentu seperti lebaran..Sementara warga hanya melihat para kyai melaksanakan sholat hari raya.


Setelah tahun 1965, sudah ada warga yang ikut melaksanakan sholat dan pada tahun 1968 banyak warga Sedau yang melaksanakan sholat.


Selama kurun waktu 1924 hingga saat ini, jelas Leman masjid kuno Sedau sudah mengalami perbaikan sebanyak 3 kali.
“Kalau tahunnya saya lupa,” katanya.


Saat perbaikan pertama, jelas Leman atap masjid menggunakan seng. Tak lama setelah renovasi, atapnya tiba-tiba rubuh.

BACA JUGA:  Berharap Kemajuan Pariwisata dari Cerita Masa Lalu


Kemudian masjid atap diganti dengan genteng namun Hal yang sama terjadi.
“Tak lama selesai renovasi, atap rubuh kembali,” jelasnya.


Melihat kejadian tersebut, para orang tua berbicaralah, “Ndek ne Kanggo Niki,” katanya dalam bahasa Sasak yang artinya tidak dibolehkan.


Atas peristiwa yang terjadi, jelas Leman para tokoh muda berinisiatif untuk mengembalikan masjid ke bentuk asalnya.


Dimotori oleh Nardi, para pemuda pun mengumpulkan dana dari para donatur hingga akhirnya masjid kuno Sedau berdiri seperti saat in

.
“Setiap malam Jumat diadakan yasinan dan kegiatan lainnya,” katanya.

Peninggalan Leluhur


Meski masjid kuno Sedau sudah direnovasi sebanyak tiga kali namun masih ada beberapa bahan yang masih belum diganti. Artinya, masih kayu yang digunakan sejak awal dibangunnya masjid.

BACA JUGA:  NTB Kembali Raih Provinsi Terbaik I Anugerah Bangga Berwisata di Indonesia


Menurut Leman benda-benda yang masih asli kayunya yakni 4 buah tiang utama (saka), mimbar dan kayu yang digunakan untuk atap tumpang.


“Masih asli belum diganti dari dulu,” katanya.


Dari sekian banyak peninggalan orang tua, kata Leman Alquran yang kulit luarnya dari kulit unta yang masih dicari.


“Kata orang tua, dulu Alquran itu di pinjem katanya untuk belajar. Cuma sampai sekarang tidak dikembalikan,” jelasnya.


Leman berharap, benda peninggalan orang tua tersebut bisa ditemukan karena itu sebagai kenang-kenangan dari leluhur.


Mudah-mudah bisa ditemukan dan kembali ke sini (Sedau Timur),” harapnya.(ASLINEWS)