MATARAMRADIO.COM – Direktur Eksekutif Yayasan Plan Internasional Indonesia, Dini Widiastuti menjelaskan masih tingginya angka pernikahan anak di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa hal.
Dalam pendampingan selama 3 tahun yang dilakukan oleh Plan Indonesia khususnya di Kabupaten Lombok Barat, jelas Dini beberapa hal yang menjadi pemicu tingginya pernikahan anak diantaranya karena norma sosial dan budaya serta persoalan ekonomi.
“Norma sosial dan budaya menempati posisi tinggi sedang persoalan ekonomi menjadi sebab yang kesekian,” katanya di Mataram, Rabu 18 September 2024.
Selain itu, Jelas Dini persoalan gaya hidup dan media sosial turut menjadi pemicu tingginya angka pernikahan anak di NTB khususnya di Kabupaten Lombok Barat selain anak kurang paham tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi.
Karena itu, Dini berharap peran lingkungan Sekolah dan lingkungan masyarakat dapat mencegah terjadinya pernikahan anak.
“Guru, pendidik sebaya, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat semua berperan dalam mencegah terjadinya perkawinan anak,” katanya.
Salah seorang pendidik sebaya, Julia mengaku dari hasil diskusi bersama teman-teman di sekolah ada beberapa sebab terjadinya pernikahan anak.
“Mereka tidak tahu tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR) selain tidak paham akibat perilaku pergaulan beresiko,” jelasnya.
Menurut Julia, timbulnya pergaulan beresiko akibat tidak optimalnya pola asuh di keluarga sehingga mereka mencari kasih sayang di luar keluarganya.
Selain itu, kata Julia ada juga pernikahan anak terjadi akibat persoalan ekonomi. “Mungkin karena keluarga kurang mampu maka salah satu solusinya dengan menikah di usia muda,” katanya.
Untuk menghindari terjadinya pernikahan anak, kata Julia anak-anak perlu terlibat dalam suatu forum atau komunitas yang memberi edukasi tentang masa depan anak-anak.
“Kalau kita sudah punya impian, kita akan fokus untuk bersekolah dan tidak memikirkan perkawinan anak,” katanya. ***