Waspada, Hoaks Lewat Media Sosial

“Perlu diteliti lagi sumber dan asal berita,” kata akademisi Universitas Muhamadiyah Mataram, Fathurizal saat sosialisi pengawasan berita bohong/hoaks, Senin (20/11/23)


Dari data yang ada, kata Rizal media sosial paling banyak digunakan untuk menyebarkan informasi yang bersifat hoaks atau bohong baik berupa gambar, tulisan atau apapun yang tidak sesuai dengan fakta lapangan.

BACA JUGA:  Ditemukan, Jenazah Laki-laki di Bendungan Pesongoran


Wakil Ketua PWI NTB, Abdus Syukur tak menampik jika hoaks juga bisa diselipkan lewat media mainstream.


Tapi, kemungkinannya lebih kecil karena ada tahapan atau saringan di tingkat redaksi sebelum berita sampai ke pembaca.


Bahkan untuk sebuah berita, kata Syukur seorang wartawan paling tidak menampilkan dua narasumber berbeda dalam menyikapi satu persoalan.

BACA JUGA:  Keluarga Pasien Covid 19 Boleh Ikut Urus Jenazah

“Lain halnya kalau berita advertorial ya,” katanya.


Sementara anggota Bawaslu Kota Mataram, Bambang Suprayogi menyatakan pihaknya akan bersinergi dengan berbagai pihak untuk meminimalisir beredarnya berita hoaks selama perhelatan politik.


“Bawaslu dan media perlu bersinergi dalam minimalisir berita hoaks,” katanya. (MRC03)