Ali BD Bantah Angka Kemiskinan di NTB Turun

MATARAMRADIO.COM, Mataram – Rilis yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik NTB terkait adanya angka penurunan kemiskinan di NTB ternyata menuai polemik di media sosial. Bahkan Mantan Bupati Lombok Timur Ali Bin Dahlan ikut angkat bicara.”Lucu sekali ada daerah yang asal daerahnya daerah minus, diterpa pandemi,kok angka kemiskinan berkurang?Jangan bermain dengan kata kata yang lucu,”tulis Ali Bin Dahlan dalam status terbaru di akun facebook pribadinya, Jumat (16/7).

Ali mengkritisi pemberitaan di sebuah media cetak lokal yang menurunkan berita tentang penurunan angka kemiskinan di NTB.”Berita seperti ini illogical dan lucu. Indonesia dewasa ini turun pendapatan perkapitanya dari negara berpenghasilan menengah keatas menjadi negara berpenghasilan menengah kebawah,”ulasnya.


Menurut Ali, angka kemiskinan di Indonesia bertambah sebanyak 1,22 juta jiwa. Jadi,Lucu sekali, katanya, ada daerah yang asal daerahnya daerah minus, diterpa pandemi tapi angka kemiskinan berkurang.

Ali pun larut dalam polemik warga dunia maya dan memberikan tanggapan dari seorang fesbuker bernama Lalu Darmawan yang menanggapi statusnya terkait kemiskinan dimaksud.

Potret Kemiskinan di NTB/Sumber: Tempo.coh

Ali menegaskan, teori yang digunakan untuk mencari pendapatan perkapita dengan membagi pendapatan nasional atau regional untuk menemukan pendapatan perkapita. Misalnya di NTB, semakin besar angka eksport konsentrat PT Aman mineral atau PT Newmont, maka pendapatan domestik regional brutonya meningkat.

BACA JUGA:  Menpan RB Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia

Dalam ekonomi Indonesia yang dianut dewasa ini untuk mengukur kemakmuran tersebut dilihat pada pendapatan perkapita berdasarkan pertumbuhan ekonominya. “Pandangan ini sudah lama ditentang oleh ahli ahli ekonomi kerakyatan, karena mereka tidak percaya dengan tricle down effect yang diharapkan. Semakin tinggi pendapatan perkapita, semakin bertambah kekayaan orang yang sudah kaya. Kekayaannya belum tentu diinvestasikan lagi di Indonesia, sehingga tidak signifikan terhadap lapangan kerja. Dengan pandemi covid 19, ekonomi Indonesia mengalami penurunan dan jumlah orang miskin pasti bertambah.Anda menggunakan teori apapun tidak terban tahkan.”imbuh tokoh kontroversial dijuluki Sang Pendobrak ini seraya menambahkan ekonomi Indonesia mengalami penurunan dan jumlah orang miskin pasti bertambah.

Penurunan Angka Kemiskinan di NTB Versi BPS

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) NTB dalam siaran pers yang dirilis Kamis (15/7) menyebutkan jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat pada September 2020 tercatat sebesar 746,04 ribu orang (14,23 persen). Pada Maret 2021, jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat sebesar 746,66 ribu orang (14,14 persen). Terlihat adanya penurunan persentase penduduk miskin (P0) selama periode September 2020 – Maret 2021 yaitu sebesar 0,09 persen poin. Akan tetapi, nilai ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan Maret 2020 yang tercatat sebesar 713,89 ribu orang (13,97 persen).

BACA JUGA:  Walikota Mataram Akui Tantangan Berat Hadapi Masyarakat di Musim Covid 19

Disebutkan, pada Maret 2021, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat sebesar 391,89 ribu orang atau 14,92 persen, sedangkan penduduk miskin di daerah perdesaan sebesar 354,77 ribu orang atau 13,37 persen. 

Peranan komoditas makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Ini terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan. Pada Maret 2021, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 74,88 persen untuk perkotaan dan 75,50 persen untuk perdesaan.  

Pada periode September 2020 – Maret 2021, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan dari 2,740 pada September 2020 menjadi 2,239 pada Maret 2021. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat cenderung mendekat dari Garis Kemiskinan. Kemudian Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami penurunan dari 0,730 pada September 2020 menjadi 0,491 pada Maret 2021. Ini berarti kesenjangan pengeluaran diantara penduduk miskin semakin berkurang.

BACA JUGA:  Vietnam Juara Umum, Indonesia Juara Tiga SEA GAMES 2021

BPS NTB juga menyebutkan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) baik di perkotaan maupun perdesaan mengalami penurunan. Untuk perkotaan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menurun dari 2,847 pada September 2020 menjadi 2,351 pada Maret 2021. Untuk perdesaan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menurun dari  2,636 pada September 2020 menjadi 2,129 pada Maret 2021.

Selanjutnya, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan maupun perdesaan mengalami penurunan. Untuk perkotaan, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurun dari 0,714 pada September 2020 menjadi 0,511 pada Maret 2021. Untuk perdesaan, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurun dari 0,745 pada September 2020 menjadi 0,471 pada Maret 2021. (EditorMRC)

foto utama : Google images