HUT Tagana ke-21, Dinsos NTB Paparkan Inovasi Penanganan Bencana

MATARAMRADIO.COM – Dinas Sosial Nusa Tenggara Barat (Dinsos NTB) memaparkan berbagai inovasi penanganan bencana dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-21 Taruna Siaga Bencana (Tagana) di Lombok Utara, Senin (16/6/2025).

Kepala Dinsos NTB Nunung Triningsih mengatakan pihaknya akan memperkuat program seperti Kampung Siaga Bencana, Sekolah Aman Bencana, dan pemanfaatan early warning system berbasis teknologi.

“Tagana harus semakin profesional dengan standar operasional berbasis teknologi. Kami ingin sinergi antarklaster dalam penanganan bencana lebih optimal,” ujar Nunung.

BACA JUGA:  Wagub Minta Pengusaha Lokal Tingkatkan Produktivitas dan Ciptakan Pasar

Acara ini diikuti sekitar 500 peserta, terdiri dari anggota Tagana se-NTB, TNI/Polri, Damkar, BPBD, Forkopimda, serta para kepala dinas sosial. Dalam rangkaiannya, Baznas NTB menyalurkan 200 paket sembako untuk warga disabilitas dan lansia.

Selain itu, digelar simulasi bencana bertajuk Tagana Masuk Sekolah yang melibatkan siswa dari berbagai daerah. Menurut Nunung, peran Tagana sangat vital dalam penanganan bencana alam seperti gempa, banjir, tsunami, dan erupsi gunung berapi.

BACA JUGA:  Dinas Perhubungan akan Cabut Izin Operasional Kendaraan Jika ….

“Tagana hadir tidak hanya saat darurat, tapi juga dalam pencegahan, mitigasi, dan pemulihan pascabencana,” imbuhnya.

Ia juga menyoroti pentingnya klaster perlindungan dan pengungsian, khususnya dalam menyediakan tempat tinggal sementara yang layak dan aman bagi kelompok rentan seperti anak-anak, perempuan, lansia, dan penyandang disabilitas.

“Dalam praktiknya, pengelolaan pengungsian masih menghadapi kendala, seperti lokasi yang tidak memadai dan berisiko,” ungkap Nunung.

BACA JUGA:  Selama Lebaran, Fasilitas Kesehatan Beroperasi 24 Jam

Sebagai solusi, Tagana berkomitmen meningkatkan pengelolaan pengungsian yang sesuai standar kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dengan klaster lain seperti logistik, kesehatan, dan psikososial.

“Bencana adalah ujian solidaritas. Mari pastikan setiap pengungsi mendapatkan perlindungan yang bermartabat dan berkelanjutan,” tutup Nunung.***