MATARAMRADIO.COM – Destinasi wisata di kota Mataram yang berjumlah sekitar 26 titik menjadi andalan kota Mataram dalam menarik minat wisatawan. Namun, minimnya informasi terkait obyek wisata yang dikunjungi membuat wisata kurang mendapat ‘oleh-oleh’.
Hal ini diakui Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram, Cahaya Samudera dalam diskusi yang digelar Karang Taruna SE Kecamatan Selaparang dalam bingkai Pojok Musik dan Literasi pada Sabtu 19 Oktober 2024i di eks Bandara Selaparang.
Gelaran pojok musik dan literasi di eks Bandara Selaparang, kata Kadis sebagai langkah awal pemerintah Kota Mataram mengajak masyarakat meramaikan kembali eks Bandara Selaparang.
“Kita usahakan ada kegiatan rutin yang digelar di eks Bandara Selaparang sehingga bisa menjadi bagian dari destinasi wisata yang ada di Kota Mataram,” katanya.
Kadis Pariwisata mengakui, saat ini pemerintah Kota Mataram sedang melakukan pemetaan dan penataan destinasi wisata di Kota Mataram termasuk bagaimana menyajikan informasi atau narasi seputar obyek wisata.
“Kami juga tengah menyiapkan informasi digital dari obyek wisata selain informasi manual,” katanya.
Artinya, kata Kadis dengan penyiapan narasi serta peta digital wisatawan yang berkunjung secara insidentil akan mendapatkan informasi yang memadai terkait obyek wisata dimaksud.
Selain itu, kata Kadis pihaknya juga akan menyiapkan guide-guide lokal yang merupakan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) sehingga informasi yang ingin didapatkan mengenai obyek wisata tertentu bisa lebih komplit.
“SDM kita memadai dan mereka (Pokdarwis) sudah mendapatkan pelatihan,” katanya.
Dalam menyiapkan narasi atau informasi terkait obyek wisata, Kadis menyatakan pihaknya tidak berkerja sendiri tapi mengajak pihak lain yang peduli terhadap pariwisata baik itu komunitas, akademisi dan juga media.
“Media memiliki peran dalam menyebarkan informasi yang baik tentang destinasi wisata,” katanya.
Ketua DPD Asosiasi Experiental Learning Indonesia (AELI) NTB, T Azizulhaq menyatakan pihaknya siap berkolaborasi dalam menelusuri jejak sejarah atau membuat narasi obyek wisata di Kota Mataram.
“Story telling diperlukan untuk memberikan informasi yang baik kepada para wisatawan,” katanya.
Aziz mengakui, dalam mengumpulkan informasi obyek wisata terutama obyek wisata yang menyangkut sejarah dan budaya akan banyak informasi yang mungkin berseberangan.
Karena itu, kata Azis harus ada pihak penengah yang bisa menjembatani perbedaan informasi tersebut.
“Pemerintah Kota Mataram bisa berperan menjadi penengah bagi validnya informasi obyek wisata sejarah dan budaya,” katanya.
Azis tak menampik jika obyek wisata dikelola oleh masyarakat akan ada kemajuan signifikan karena masyarakat merasa memiliki sehingga bertanggung jawab atas kemajuan daerahnya.
“Banyak destinasi wisata di Kota Mataram yang perlu dibenahi story telling nya sehingga mampu menarik wisatawan. Apalagi, jika objek wisata ditunjang sarana prasarana yang memadai, maka pariwisata Kota Mataram akan semakin banyak dikenal oleh masyarakat,” katanya.*** (Mega Neng)