Merananya Gerabah Banyumulek

MATARAMRADIO.COM, Mataram – Banyumulek, desa wisata satu ini kinii merana setelah masa jaya pariwisata surut usai bom Bali, gempa bumi Lombok 2018 serta pandemi covid 19. Banyumulek seakan tenggelam dalam kedukaan panjang.

Bahkan, Inaq Raya, salah seorang pengrajin gerabah di Banyumulek mengungkapkan sehari laku satu buah produk gerabah sudah sangat bersyukur. “Syukur kalo ada yang laku,” katanya kepada MATARAMRADIO.COM, Sabtu (26/2/22).
Menurut Inaq Raya, semenjak Bom Bali dilanjut terjadinya gempa bumi 6,9 SR yang menimpa Lombok pada 2018 dan terjadinya pandemi covid 19, semakin membuat permintaan masyarakat terhadap gerabah semakin berkurang. “Ada tapi sedikit,” jelasnya.
Inaq Raya mengakui dulu saat dunia pariwisata ramai dalam satu hari minimal omzetnya bisa mencapai satu juta, kini dapat terjual satu produk dengan harga 20 ribu sudah bersyukur.
Walau begitu, ia yang sudah menekuni kerajinan gerabah secara turun temurun tak putus harapan.
Dengan ditemani salah seorang cucunya, Inaq Raya terus berkarya membuat gerabah sambil memasarkan gerabahnya lewat online. “Ada anak saya yang jualan lewat online,” katanya.
Sepinya pasar gerabah saat ini, juga diakui para pemilik artshop gerabah lainnya. “Sepi mas,” katanya membenarkan apa yang diungkapkan Inaq Raya. (MRC03).

BACA JUGA:  Menkop Minta UMKM Jual Barang Sesuai Selera Penonton