Cegah Pernikahan Anak, Guru Honorer Bangun Sekolah

MMATARAMRADIO COM – Maraknya kasus pernikahan anak di pulau Lombok menjadi problem tersendiri di kalangan masyarakat.Demi mencegah terjadinya pernikahan anak, Saparman, seorang guru honorer di SDN 3 Mekarsari membangun sekolah SMP dan SMA yang diberi nama SMP dan SMA Islam Nurul Mahmudin.


“Sedih, liat banyak anak-anak tidak melanjutkan sekolah. Ujung-ujungnya menikah padahal masih usia anak-anak,” ucap Saparman , beberapa waktu lalu.


Berangkat dari keprihatinan dirinya dan warga Dusun Ranjok Timur Desa Mekarsari Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Bara, akhirnya tercetus untuk membangun Sekolah Menenge Pertama (SMP).


Dari kesepakatan bersama, Saparman merelakan lahan seluas 50 are untuk dibangun sekolah.
“Material untuk membangun sekolah semuanya dari sumbangan warga. Tidak hanya itu, warga juga bergotong royong dalam membangun gedung sekolah,” katanya.

BACA JUGA:  Berkas Mantan Kades Kuripan Sudah P21


Usai dibangun, siswa dari warga sekitar termasuk dari Eratmate dan Bukit Tinggi melanjutkan sekolah’ ke tingkat SMP.
“Kami belajar dengan apa yang ada. Guru pun siapa yang mau mengajar,” katanya.


Menurut Saparman, pihak sekolah tidak menjanjikan honor, tapi lebih kepada pengabdian dan ibadah.
“Siswa membayar seikhlasnya, guru dibayar seadanya,” katanya.


Selang beberapa waktu, anak-anak yang tadinya menempuh pendidikan di SMP, lulus dan mereka kembali kebingungan untuk melanjutkan sekolahnya.

BACA JUGA:  Polres Lombok Barat Kembali Menyalurkan Bantuan 10 Ton Beras


Akhirnya bersama para orang tua siswa dan warga Dusun Ranjok Timur, pihak sekolah kembali membangun gedung untuk sarana belajar di tingkat SMA


“Sama, semua material hasil sumbangan termasuk tenaga kerja untuk membangun sekolah dilakukan secara gotong royong,” kata Saparman.


Dengan kerja keras dan kebersamaan, sekolah yang dibangun atas dasar keikhlasan tersebut telah memiliki izin operasional pada tahun 2018.


Saat ini, kata Saparman ada sekitar 40 siswa duduk di bangku SMP dan sekitar 40 pula siswa yang duduk di bangku SMA.


Untuk guru sendiri, jelas Saparman total semuanya ada11 orang. “Tidak ada guru yang hanya mengajar satu mata pelajaran. Semua guru merangkap pelajaran yang diajarkan ke siswa,” katanya.

BACA JUGA:  Jadi Tersangka Penganiaya Wartawan, Kadus Karang Bedil Ditahan


Saparman mengaku, bukan tidak ingin satu guru hanya fokus ke satu mata pelajaran tapi keadaan yang belum memungkinkan.


“Kami juga memaksakan diri untuk mengajar mata pelajaran yang bukan bidangnya. Untungnya ada internet yang bisa membantu ketika kami ada kesulitan dalam mata pelajaran tertentu,” jelasnya.


Menurut Saparman, dalam menempuh pendidikan di SMP dan SMA Islam Nurul Mahmudin, para siswa ada yang berjalan kaki lewat perbukitan, ada juga yang diantar orang tua atau keluarganya.***