KalaDhila: Kisah Sang Pendongeng dari Lombok Hingga Tatar Sunda

Nama lengkapnya Fadhilaturohmi. Akrab disapa Neng Dhila. Lahir dan besar di Lombok, tepatnya Aikmel Lombok Timur. Neng Dhila kini telah menjelma menjadi seorang wanita karir profesional  setelah menamatkan pendidikan sarjananya pada Fakultas Komunikasi Universitas Gajah Mada  (UGM) Yogyakarta spesialisasi media dan jurnalis. Hebatnya lagi, dia memilih Story Teller alias Pendongeng sebagai sebuah pilihan profesi yang terbilang langka dan tak semua mampu menekuninya. “Dongeng bukan hanya sekedar passion yang saya tekuni. Tapi juga menjadi cara untuk membahagiakan diri, dan berharap dapat membahagiakan orang lain, serta menjadi jalan untuk meninggalkan hal baik yang akan selalu didengar nanti ketika saya sudah tidak ada di dunia ini,”kata putri kedua pasangan Pak Budi Mulyana (almarhum) dan Hj Apon Purnamasari, sosok guru dan tokoh idola sekaligus mentor yang membentuk karakter seorang Fadhilaturohmi menjadi pribadi kuat,optimistis, percaya diri dan penuh semangat.

Prolog

Neng Dhila sendiri lahir di Aikmel Lombok Timur, 25 tahun silam tepatnya 31 Oktober 1996. Neng Dhila mengaku, pilihan profesinya sebagai seorang story teller terinspirasi dari tokoh @Aiodongeng.”Beliau merupakan co-founder Ayo Dongeng Indonesia yang memiliki banyak kemampuan untuk bisa saya jadikan role model di dunia perdongengan. Beliau bukan hanya pendongeng yang sudah melanglang buana ke berbagai negara, namun juga merupakan penulis cerita anak. Dari itu semua saya dapat belajar banyak dari beliau. Sifat humble dan menyenangkan, membuat beliau menjadi hangat untuk dikenal sebagai teman,”kata penggemar traveling, membaca dan senang berenang ini.

Ternyata bakat mendongeng Neng Dhila sudah terbentuk sejak kecil dan bahkan memasuki Sekolah Menengah Atas, bakatnya dalam bidang bercerita sudah semakin terlihat dan terasah. Neng Dhila mengikuti beberapa kegiatan extrakurikuler yang menunjang kemampuan bercerita atau berbicara seperti Debate dan Speech. Juga mengikuti perlombaan seperti Debate, Speech serta Storyteller yang ternyata di beberapa perlombaan Neng Dhila meraih juara. Neng Dhilla pernah mewakili sekolahnya SMAN 1 Selong, Lombok Timur mendapatkan juara 1 setelah bersaing dengan teman-teman dari Malaysia dan Brunai. Hingga akhirnya dia mantap kuliah dengan memilih dan diterima pada Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

MATARAMRADIO.COM (MRC) berkesempatan melakukan wawancara eksklusif secara virtual dengan KalaDhila, nama beken seorang Fadhilaturohmi sebagai seorang voice over talent, podcaster dan story teller,  untuk mengetahui lebih jauh bagaimana masa kecilnya di Lombok Timur hingga hijrah ke Bandung bersama keluarga besar sepeninggal sang ayah tercinta, almarhum Pak Budi Mulyana  beberapa waktu lalu.

Berikut petikannya!

MRC : Boleh cerita dong, gimana akhirnya KalaDhila memilih menekuni story teller alias Pendongeng, bukan yang lain?

KalaDhila: Bercerita sudah menjadi sebuah budaya yang memang dibiasakan orang tua saya di dalam keluarga. Abi akan sangat senang jika saya sebagai anak bercerita mengenai kegiatan keseharian saya. Beliau akan dengan senang hati bertanya dan mendengarkan. Beliau juga cenderung memaksa kami sebagai anaknya untuk terus bercerita, semisal saya sudah ditanya tentang kegiatan hari ini, tapi hanya menjawab “ya gitu”, Abi pasti akan dengan santai menghampiri, memegang bahu kami, dan berkata “gitu gimana, cerita dulu yuk sampai selesai” ucap beliau. Itu salah satu permulaan dimana bercerita menjadi sebuah hobi dan kini menjadi passion yang bisa saya tekuni.

Kebiasaan bercerita atau mendongeng ini juga saya dapatkan dari Ummi saya. Sejak kecil sebelum kami tidur, Ummi selalu menceritakan kami dongeng-dongeng yang umum diceritakan, seperti Kancil, Putri Tidur, Cinderella dan dongeng lainnya. Tidak hanya ketika tidur pada malam hari ya, kebiasaan mendongeng ini Ummi saya lakukan juga ketika hendak tidur siang, kumpul bersama keluarga dan dibanyak kesempatan. Dongeng yang telah Ummi saya ceritakan ternyata tertanam dengan baik di dalam memori saya.

BACA JUGA:  Pilkada Loteng: PKB Masih Solid Dukung Aksar-Masrun

Secara tidak langsung, kebiasaan yang dibangun oleh orang tua saya ini menjadi jalan untuk mengasah kemampuan saya dalam bercerita. Orang tua saya  juga sadar dengan kemampuan yang saya miliki, mereka pun sangat mendukung dan memberikan support maksimal. Sejak berada di Sekolah Dasar, orang tua saya membantu saya berlatih untuk mengikuti lomba sinopsis dan storyteller di tingkat kabupaten. Pada saat SMP, orang tua melatih Bahasa Inggris saya melalui dongeng. Setiap pagi saya harus membaca buku dongeng dengan Bahasa Inggris, dibacakan dengan suara lantang dihadapan mereka dan orang tua saya akan dengan senang hati mendengarkan serta memberi masukan tentang cara saya bercerita atau tentang Bahasa Inggris saya.

Memasuki Sekolah Menengah Atas, bakat saya dalam bidang bercerita sudah semakin terlihat dan terasah. Saya pun mengikuti beberapa kegiatan extrakurikuler yang menunjang kemampuan bercerita atau berbicara seperti Debate dan Speech. Saya juga mengikuti perlombaan seperti Debate, Speech serta Storyteller yang ternyata dibeberapa perlombaan saya mendapatkan juara. Seperti Lomba Storyteller, saya perwakilan dari SMAN 1 Selong, Lombok Timur mendapatkan juara 1 setelah bersaing dengan teman-teman dari Malaysia dan Brunai.

Mengetahui bakat yang saya miliki, akhirnya saya memutuskan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Gadjah Mada. Selama itu juga saya mengikuti kegiatan mengajar untuk adik-adik di pelosok desa dan bergabung ke dalam komunitas Rumah Dongeng Mentari. Pengalaman bertemu dengan adik-adik dan dongeng menjadi pertemuan yang pas untuk saya terus melatih bakat yang saya miliki.

Sampai suatu ketika, saya diajak untuk bercerita kepada adik-adik jalanan, mendongeng untuk beberapa kegiatan BEM dan mendongeng di salah satu radio. Pada titik itu saya merasa bahwa dongeng tidak hanya sebatas bakat yang saya miliki, tapi dongeng menjadi salah satu jalan saya menemukan diri saya sendiri. Mendongeng di hadapan adik-adik atau teman-teman seusia memberikan saya banyak kebahagiaan dan rasa pulang kepada masa kecil saya dulu, yang selalu bercerita kepada ayah dan mendengarkan cerita dari ibu. Sejak saat itu lah saya sadar bahwa dongeng akan menjadi bagian yang tidak akan terpisahkan dari saya.

BACA JUGA:  Pemprov NTB Dituntut Transparan Soal Anggaran Covid 19 dan Data Penerima JPS

Setelah menyadari itu semua saya pun mulai menggali dan belajar mengenai dongeng. Belajar dari komunitas yang saya ikuti, ternyata mendongeng memiliki banyak potensi untuk dikembangkan, dan jelas di dalamnya akan ada manfaaat untuk dibagikan. Tak berhenti di sana, belajar terus saya lakukan dengan mengikuti beberapa kelas dongeng, menjadi panita di festival dongeng dan bertemu serta berkomunikasi langung dengan penggiat dongeng.

Dengan bekal yang sudah saya miliki, akhirnya saya memulai untuk membuat podcast dongeng, karena pada saat itu belum banyak pendongeng yang mendongeng melalui podcast. Saya memulai podcast KalaDhila pada Mei 2019 dan masih terus berlanjut hingga saat ini. Podcast KalaDhila berfokus pada dongeng anak dengan tujuan bercerita untuk menyebarkan nilai kebaikan dan kebahagiaan.

Podcast pertama yang saya tulis ceritanya sendiri adalah Isa Belajar Bersyukur. Saat itu pendengarnya masih belum banyak, hanya 10-20 orang saja perharinya. Walau pun pada awalnya tidak terlalu banyak yang mendengarkan, tentu saja tidak boleh patah semangat. Niat awal diadakannya podcast ini memang untuk memberikan kebaikan jadi saya tidak pernah mempermasalahkan jumlah pendengar saya.

Hingga pada tahun 2020 saya membuat season Dongeng Kala Ramadhan yang menceritakan 25 Kisah Nabi, season ini akan selalu ada di bulan ramadhan. Setelah itu saya membuat season baru yaitu Dongeng Kala Merdeka dalam rangka memeringati hari kemerdekaan Indonesia yang akan ada selama bulan Agustus. Pada season ini saya bercerita tentang cerita rakyat dari beberapa daerah diseluruh Indonesia. Selanjutnya season lain dilanjutkan dengan cerita-cerita yang bertujuan menanamkan anak tentang nilai-nilai dasar, seperti bersabar, bekerja keras, jujur dan lain sebagainya. Untuk season ini dogengnya akan ada 1 episode di setiap minggunya. Sejak saat itulah pendengar saya terus bertambah.

Kini saya dalam seminggu ada 1000-1500 pendengar yang mendengarkan podcast KalaDhila. Oh ya, podcast KalaDhila sendiri sudah memiliki 51 cerita loh, bisa didengarkan semuanya ya. Dongeng dari KalaDhila sendiri bisa didengarkan melalui media daring, seperti Spotify, Anchor, Youtube dan ada di IgTv – Fadhilaturrohmi.

Pada akhirnya dongeng bukan hanya sekedar passion yang saya Tekuni. Tapi juga menjadi cara untuk membahagiakan diri, dan berharap dapat membahagiakan orang lain, serta menjadi jalan untuk meninggalkan hal baik yang akan selalu didengar nanti ketika saya sudah tidak ada di dunia ini.

MRC : Bagaimana kesan KalaDhila setelah meninggalkan desa kelahiran di Lombok dan kini menetap di Bandung?

Orang tua Kaladhila, Abi Budi Mulyana (almarhum) dan Ummi Hj Apon Purnamasari merupakan figur panutan, sosok guru dan tokoh idola sekaligus mentor yang membentuk karakter seorang Fadhilaturohmi menjadi pribadi yang kuat, optimistis dan penuh semangat./foto:istimewa

KalaDhila: Ada hal-hal yang tidak pernah saya putus syukuri dalam hidup ini. salah satu nya adalah ketika lahir dan besar di Lombok. Jika ditanya kenapa, itu semua karena banyak kenangan indah semasa kecil yang kami ukir sebagai keluarga bahagia. Kami sekeluarga memiliki kebiasaan untuk mengejar matahari di Hari Minggu. Setelah habis Shalat Subuh, kami akan naik motor menuju Labuan Lombok untuk naik ke atas bukit atau duduk di tepi pantai sambil melihat matahari terbit. Pengalaman ini adalah pengalaman berarti yang pasti tidak akan saya dapatkan jika harus lahir dan besar di Bandung, tempat kelahiran orang tua saya.

BACA JUGA:  Siap-siap! 15 Hari Lagi, SBMPTN Dibuka

Hal yang menyenangkan lainnya saya menikmati masa kecil dengan penuh, bisa bermain permainan tradisional mulai dari main petak umpet, loncat tali, kelereng, layang-layang dan lain sebagainya. Saya juga memiliki teman masa kecil yang sangat menyenangkan. Bahkan pertemanan kami tetap berlangsung sampai saat ini. Pengalaman masa kecil ini adalah pengalaman yang paling membekas di dalam diri.

Tentu saja selama bertumbuh di Lombok ada juga masa-masa duka nya. Hal yang membuat saya sedih dulu sewaktu kecil salah satunya adalah perpustakaan di Lombok itu sangat jarang, khususnya di Lombok timur. Jadi ketertarikan saya dalam membaca kurang bisa terlaksana. Pun waktu dulu, membeli majalah anak seperti Bobo memerlukan waktu yang lama untuk menunggu. Bersyukurnya sekarang, perpustakaan di Lombok timur sudah ada dan menyediakan beragam buku, sehingga teman teman yang memiliki hobi membaca bisa membaca buku apa pun dengan mudah.

KalaDhila terlibat aktif dalam kegiatan trauma healing,bercerita dan berbagi keceriaan bersama anak-anak korban gempa Lombok pada tahun 2018

Duka lain yang tertanam di Lombok adalah ketika saya kehilangan Ayah. Lombok meninggalkan banyak bahagia sekaligus duka mendalam, karena Ayah saya meninggal di sana. Tapi tentu semua itu sudah jalan terbaik dari Allah, pasti semua ini adalah sekenario terbaik-Nya.

Selepas Ayah meninggal saya dan keluarga pun pindah ke Bandung, tempat dimana Ayah dan Ibu saya lahir dan dibesarkan. Sekarang kami sudah menetap di sini selama kurang lebih 3 tahun. Berat memang meninggalkan Lombok dengan segala kenangan di dalamnya, pun banyak cita-cita yang ingin saya wujudkan di sana. Tapi jika memang semua cita-cita itu baik, nanti akan ada jalan untuk saya mencapainya.

Epilog

Selain sebagai Podcaster, Kaladhila juga aktif sebagai pengisi suara atau voice over talent yang sudah berjalan setahun terakhir. “Pernah ngisi di youtube Dunia Games Telkomsel di banyak konten. Bekerjasama dengan Mugibagja Sadaya Graphicrecording sebagai Vo Talent di banyak kesempatan,”sebut KalaDhila yang punya prinsip hidup Do Better Than Your Best.

Kaladhila mendapat kontrak eksklusif sebagai Female Voice Over atau pengisi suara pada program Dunia Games Telkomsel./video : Youtube

Penikmat Mie ayam dan air putih, KalaDhila juga pernah siaran selama menempuh kuliah di UGM Yogya tepatnya di Radio Sonora FM Yogyakarta sebagai perwakilan dari Rumah Dongeng Mentari di beberapa kesempatan, mendongengkan cerita untuk adik adik  di rumah.

Selama bulan Ramadhan ini, KalaDhila ternyata punya kebiasaan unik yakni  targeting untuk khatam al-qur’an.

Ketika ditanya apa mimpi besarnya? KalaDhila pun menjawab penuh makna.”Meninggal dengan meninggalkan bentuk diri sebagai orang yang bermanfaat,”ungkapnya. Subhanallah. Selamat dan sukses selalu buat KalaDhila! (EditorMRC)